Istilah “filsafat”
dalam bahasa indonesia mempunyai padanan “falsafah” dalam kata Arab. Sedangkan
menurut kata Inggris “philosophy”, kata Latin “philosophia”, kata Belanda
“philosophie”, kata Jerman “philosophier” kata Perancis “philosophie”, yang
kesemuanya itu diterjemahkan dalam kata indonesia “filsafat”. “philosophia” ini
adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan “philosophien” sebagai
kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh philosophos atau filsuf
ssebagai subjek yang berfilsafat. Dengan demikian istilah “filsafat” yang
dimaksudkan sebagai kata majemuk dari “philein” dan “sophos” mengandung arti,
mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan “filsafat” yang merupakan
bentuk majemuk dari “philos” dan “sophia” berkonotasi teman dari kebijaksaan.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian filsafat secara
umum adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan suatu
pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman
hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan
karena memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari
ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri
yang sangat luas.
Filsafat menurut Immanuel Kant
adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkat dari segala pengetahuan
yang di dalamnya tercakup empat persoalan yaitu: (1) apakah yang dapat kita
kerjakan (jawabannya metafisika), (2) apakah yang seharusnya kita kerjakan
(etika), (3) sampai di manakah harapan kita (agama), (4) apakah yang dinamakan
manusia (antropologi). Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang
ada dan yang mungkin ada. Filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalmnya ilmu-ilmu metafisika, etika, ekonomi, politik dan
estetika.
Pemikiran Immanuel Kant tantang
Pengatahuan. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang tidak akan
ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi bila
pengetahuan itu datang dari luar melalui akal murni, yang tidak bergantung pada
pengalaman, bahkan tidak bergantung pada indera, yang kebenarannya a priori.
Kant memulainya dengan mempertanyakan apakah ada yang dapat kita ketahui
seandainya seluruh benda dan indera dibuang. Seandainya tidak ada benda dan
tidak ada alat pengindiera, apakah ada sesuatu yang dapat kita ketahui?
Menurut
Kant, pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama yaitu pengalaman
pancaindra dan pemahaman akal budi (rasio). Pengalaman yang diperoleh melalui
pancaindra kita kemudian diolah oleh pemahaman rasio kita dan menghasilkan
pengetahuan. Itu sebabnya pengetahuan manusia selalu bersifat apriori dan
aposteriori secara bersamaan. Tanpa pengalaman indrawi maka pengetahuan
hanyalah konsep-konsep belaka, tetapi tanpa pemahaman rasio pun pengalaman
indrawi hanya merupakan kesan-kesan panca indra belaka yang tidak akan sampai
pada keseluruhan pengertian yang teratur yang menjadikannya sebagai sebuah
pengetahuan. Pengetahuan bermula dari pengalaman pancaindra yang
kemudian diolah oleh pemahaman rasio untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang
menyeluruh dan teratur. Oleh sebab itu, maka segala sesuatu yang tidak bisa
dialami oleh pancaindra tidak bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan, tetapi
hanya sebagai sebuah hipotesis belaka.
Pemikiran Kant tentang Etika
(Deontologi). Etika disebut juga filsafat moral, yang berasal dari kata ethos
(Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin)
yang artinya kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral
atau tidak bermoral. Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah
berusia sangat lama. Sejak manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai
dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian
muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur
secara etis yaitu Deontologis dan Teologis. Teori Deontologis dihasilkan oleh
pemikiran Immanuel Kant. Deontologi berasal dari kata Deon (Yunani) yang
berarti kewajiban. Menurut teori ini perbuatan adalah baik jika dilakukan
berdasarkan “imperatif kategoris” (perintah tak bersyarat). Yang menjadi dasar
bagi baik buruknya perbuatan adalah kewajiban dan tujuan yang baik tidak
menjadikan perbuatan itu baik. Menurut Kant ada tiga kemungkinan seseorang
menjalankan kewajibannya, pertama, ia memenuhi kewajiban karena hal itu
menguntungkannya. Kedua, ia memenuhi kewajibannya karena ia terdorong dari
perasaan yang ada didalam hatinya, misalnya rasa kasihan. Ketiga, ia memenuhi
kewajibannya kerena kewajibannya tersebut, karena memang ia mau memenuhi
kewajibannya. Dalam kaitannya dengan apa yang harus kita perbuat (kerjakan)
yaitu dengan mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ada dua yaitu analitik
dan sintetik. Dalam analitik subjek sama dengan predikat sehingga bisa
dikatakan bahwa analitik adalah identitas. Analitik adalah pengambilan keputusan berdasarkan
konsistensi koherensi. Analitik merupakan intuisi murni. Dalam analitik A sama
dengan B (subjek=predikat), predikat B masuk ke dalam A atau predikat B
terletak atau masuk penuh ke dalam A. Sedangkan sintetik subjek tidak sama
dengan predikat sehingga sintetik
berarti kontradiksi. Sintetik adalah pengambilan keputusan berdasarkan
pengalaman atau intuisi empiris.
Pemikiran Immanuel Kant Tentang
Agama dan Tuhan. Meskipun Kant lebih dikenal sebagai filsuf yang berkecimpung
dalam bidang epistemologi dan etika, tetapi kajian tentang Tuhan pun tak luput
dari penelaahannya. Immanuel Kant berargumentasi bahwa konsep
seseorang tentang Tuhan harus berasal dari penalaran; oleh karena itu, ia
menyerang bukti-bukti tentang keberadaan Tuhan, dengan menyangkali
keabsahannya. Kant berpendapat bahwa tidak dapat ada terpisah pengalaman yang
dapat dibuktikan melalui pengujian. Dalam hal ini, Kant mengkombinasikan
rasionalisme (kebertumpuan pada penalaran manusia) dan empirisme (pembuktian
sesuatu berdasar metode ilmiah). Bagi Kant,
Tuhan bukanlah soal teoretis, melainkan soal praktis, soal moral, soal
totalitas pengalaman, dan arti atau makna hidup terdalam (ini dampak
positifnya). Dampak negatifnya adalah bahwa sebagai “postulat’ (penjamin)
moralitas, Tuhan adalah konsekuensi moralitas, maka moralitas merupakan dasar
keberadaan Tuhan. Karena itu, muncul tendensi pada Kant untuk meletakkan agama
hanya pada tataran moralitas semata atau perkara horizontal saja (hubungan
antar manusia saja atau soal perilaku di dunia ini saja). Konsekuensinya,
agamanya Kant, tidak memerlukan credo (kepercayaan).
Kant
menyatakan bahwa memang Tuhan hanya bisa didekati melalui iman dan iman itu
dilandasi oleh hukum moral. Hukum moral mewajibkan kita untuk selalu melakukan
kebaikan. Tetapi hukum moral ini mensyaratkan tiga hal utama, yaitu: kebebasan,
keabadian jiwa, dan keberadaan tuhan.
Pandangan Imamuel Kant tantang
Manusia. Kant mengatakan bahwa hanya manusia-lah tujuan pada dirinya, dan bukan
semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam
segala tindakan manusia baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri maupun
kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak sebagai tujuan. Bagi Kant,
manusia-lah aktor yang mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui a
priori formal, jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan)
dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang
otonomlah jiwa membangun moralitas.
Dalam
membahas filsafat tak lepas juga dengan membahas tentang manusia, karena
filsafat dan manusia saling berkaitan. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Manusia dapat diartikan berbeda-beda dari
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk
kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Filsafat secara umum adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia)
untuk memberikan suatu pandangan hidup yang
menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun
pengalaman ilmiah. Pengalaman itu bersifat manipul, kaitannya dengan ruang
berurutan, berkelanjutan dan berkesatuan, dan digabung menjadi manipul, itulah
membentuk pengalaman, Imanual Kant menyebutnya sebagai manipul. Apersepsi itu
bersifat sintetik. Perlu di ingat di pengalaman ada intuisi, di berpikir ada
intuisi. Jadi tidak bisa berpikir tanpa intuisi. Yang mendahului berpikir itu
adalah intuisi, jadi dalam mengajar kita tidak boleh merampas intuisi siswa.
Intuisi ada kaitanya dengan kesadaran. Maka letakkanlah kesadaran anda di depan
hakekat kalau anda ingin memahami suatu hakekat. Dalam mengajar di kelas
terdapat apersepsi. Apersepsi dalam pembelajaran maksudnya kesiapan siswa.
Kesatuan apersepsi itu disebut sebagai kesatuan transendental dari kesadaran
diri. Kesadaran diri ini penting untuk bisa berpikir a priori. Supaya bisa
berpikir maka harus sadar dulu. Apersepsi yang membentuk kesadaran tadi adalah
prinsip yang tertinggi dari kesadaran brpikir. Ruang dan waktu adalah intuisi.
Ruang dan waktu jika di isi dengan manipul kesatuan content, maka dia merupakan
representasi tunggal tadi. Understanding adalah kemampuan kognisi. Tujuan dari
apersepsi yaitu untuk melakukan kegiatan berpikir, supaya kita mampu berpikir.
Selain itu, filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika,
metode dan sistem. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu
yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat,
yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa
berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan
segala hal.
Filsafat
membahas segala sesuatu terkait dengan manusia, baik pengalaman maupun logika.
Setiap manusia pasti memiliki sebuah harapan. Harapan atau asa adalah bentuk
dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu
kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk
abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan
sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau
sesuatu. Pada praktiknya banyak
orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Harapan dalam kehidupan manusia merupakan
cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam
menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia melibatkan
manusia lain atau kekuatan lain diluar dirinya supaya segala sesuatu terjadi,
selain hasil upayanya yang telah dilakukan dan ditunggu hasilnya. Jadi, yang
diharapkan itu adalah hasil jerih payah dirinya dan bantuan kekuatan lain. Bahkan
harapan itu tidak bersifat egosentris. Harapan tertuju kepada “Engkau”. Harapan
ditunjukkan kepada orang lain atau kepada Tuhan. Menurut macamnya ada harapan
yang optimis dan ada harapan yang pesimis. Harapan yang optimis artinya sesuatu
yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara
rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul. Dalam harapan yang
pesimis ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi. Harapan itu ada karena
manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan dinamikanya, penuh dengan
keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap orang berbeda-beda kadarnya.
Orang yang wawasan berpikirnya luas, harapanpun akan luas. Demikian pula orang
yang wawasan berpikirnya sempit, maka akan sempit pula harapannya.
Besar-kecilnya harapan sebenarnya tidak ditentukan oleh luas atau tidaknya
wawasan berpikir seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat menentukan dan
mengontrol jenis, macam, dan besar-kecilnya harapan tersebut. Bila kepribadian
seseorang kuat, jenis dan besarnya harapan akan berbeda dengan orang yang
kepribadiannya lemah. Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif
dan seefesien mungkin sehingga tidak merugikan bagi dirinya atau bagi orang
lain, untuk masa kini atau untuk masa depan, bagi masa didunia atau masa
diakhirat kelak. Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau
bekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan
yang besar. Untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang
biasanya disertai dengan bantuan unsur dalam, yaitu berdoa.
Dalam
mewujudkan suatu harapan, manusia harus memiliki cita-cita, moto hidup serta visi
dan misi dalam hidupnya. Moto merupakan sebuah kalimat ataupun kata yang
dijadikan sebagai prinsip dan semboyan dalam kehidupan. Cita-cita merupakan
kehendak atau keinginan yang selalu berada dalam benak pikiran dan kita berusaha
untuk mewujudkannya. Visi adalah pandangan jauh tentang suatu perusahaan ataupun
lembaga dan lain-lain, visi juga dapat di artikan sebagai tujuan perusahaan
atau lembaga dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya tersebut
pada masa yang akan datang atau masa depan. Visi tidak dapat dituliskan secara
lebih jelas karena menerangkan mengenai detail gambaran sistem yang di tujunya,
ini disebabkan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa
yang panjang. Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan
alasan mengapa perusahaan itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus
batasan proses pencapaian tujuan. Jika seseorang sudah memiliki hal tersebut
didalam dirinya, dan dia tidak putus asa serta optimis maka kemungkinan harapan
yang dia inginkan dapat di dapatkan.
Selain
itu manusia juga memiliki sifat (watak) dan karakteristik yang berbeda-beda.
Sifat dan karakteristik ini juga berpengaruh terhadap harapan yang dimiliki
oleh manusia. Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi pikiran, budi
pekerti dan tingkah lakuk atau tabiat manusia tersebut. Pengertian watak
manusia adalah karakter bawaan dari lahir, selaku sifat yang turun dari gen
ayah dan ibu ke anaknya yang sifatnya dominan. Watak bisa mempengaruhi tingkah
laku, dan tingkah laku terwujud dalam perilaku. Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta
nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih
konsisten dan mudah di perhatikan (Nanda, 2013). Selain itu, menurut Caragih
(2013) karakteristik merupakan ciri atau karateristik yang secara alamiah
melekat pada diri seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin, ras/suku, pengetahuan,
agama/ kepercayaan dan sebagainya. Manusia memiliki sifat konsisten dan
fleksibel (luwes). Pengertian
Konsisten adalah melakukan
suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun, taat asas, komit, teguh
pendirian dan benar tanpa keluar dari jalur / batasan batasan yang telah di
tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. konsisten salah
satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip
atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan. Definisi konsisten
adalah fokus pada suatu bidang yang mana kita tidak akan berpindah menuju
bidang lain sebelum pondasi bidang pertama benar-benar kuat. Fleksibel (luwes)
yaitu sikap yang mampu beradaptasi dan tanggap dengan cepat sekallipun dalam
keadaan yang sangat darurat. Fleksibel juga dapat diartikan sebagai suatu sikap
yang bisa menerima perubahan atau ikut saja. Dapat disimpulkan bahwa manusia
memiliki sifat-sifat yang berbeda, seperti hal nya dengan sifat konsisten dan
fleksibel (luwes) merupakan dua sifat yang berbeda yang berada dalam diri
manusia.
Agar
harapan kita dapat tercapai, kitapun harus melakukan berbagai upaya yaitu
diantaranya yaitu yakin dan percaya bahwa kita dapat/mampu untuk melakukannya,
karena keyakinan adalah hal yang paling penting dan utama yang dibutuhkan bagi
setiap orang agar keinginannya (harapan) dapat tercapai. Tetapi yakin saja
tidak cukup, kita juga harus melakukan segala usaha semaksimal mungkin yang
kita dapat lakukan, seperti berlatih dengan giat. Selanjutnya setelah yakin dan
berusaha, kita juga harus berdoa dan meminta kepada-Nya. Karena segala sesuatu
adalah kehendak Tuhan, maka jangan pernah lupa untuk berdoa dan meminta,
selanjutnya berserah diri dan tawakal selalu agar harapan (keinginan) yang di
inginkan dapat tercapai.
Sehingga
dari penjelasan di atas yang sudah dipaparkan dapat diperoleh kesimpulan bahwa,
filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan manusia yang terdapat keterkaitannya
dengan pengalaman dan logika. Membahas filsafat berkaitan dengan membahas
mengenai manusia, setiap manusia memiliki sebuah harapan. Manusia juga memiliki
sifat (watak) dan karakteristik yang berbeda-beda. Manusia memiliki sifat
komitmen dan luwes (fleksibel). Sifat ini sangat berpengaruh terhadap harapan
yang dimiliki oleh manusia. Karena sifat ini dapat membantu manusia dalam
mewujudkan sebuah harapannya. Selain itu untuk dapat mewujudkan sebuah harapan,
setiap manusia juga harus memiliki sebuah cita-cita, moto hidup, serta visi dan
misi dalam diri masing-masing. Karena hal seperti ini akan memudahkan kita
untuk mengetahui apa harapan yang kita inginkan, dan bagaimana cara yang dapat
kita lakukan agar harapan (keinginan) kita dapat tercapai. Agar harapan
(keinginan) kita dapat tercapai yang pertama yang harus kita lakukan yaitu kita
harus yakin dan percaya, setelah itu usaha serta berdoa. Karena harapan
seseorang ditentukan oleh kiprah usaha atau kerja kerasnya seseorang.