Selasa, 29 November 2016

Menjadi Guru yang Baik



Menjadi seorang guru dituntut agar bisa menjadi contoh yang baik bagi murid-murid nya. Tentu saja setiap guru pasti ingin menjadi guru yang baik bagi murid-murid nya. Namun untuk menjadi seorang guru yang baik tidak semua guru menempuh jalan yang sama, pasti mereka memiliki cara masing-masing agar menjadi pedoman yang baik bagi muridnya.
Saya ingin menjadi seorang guru yang baik dan saya juga harus memiliki upaya agar saya bisa menjadi seorang guru yang baik yaitu saya ingin mengenal dekat tentang murid-murid saya terlebih dahulu. Bukan hanya sekedar mengetahui masing-masing nama dari mereka tetapi juga karakter dan latar belakang mereka. Jika saya sudah mengetahui itu semua maka saya dapat menangani mereka sesuai dengan karakter dari masing-masing. Saya ingin mereka terbuka dengan saya, menceritakan keluh kesahnya sehingga salah satu diantara mereka tidak menjadi anak yang pemurung dikalangan teman-teman nya.
Tidak semua anak gemar belajar, banyak diantara mereka yang tidak menguasai pelajaran. Faktor itu terjadi bisa saja karena konsep belajarnya yang monoton, sehingga mereka bosan terhadap pelajaran. Saya ingin mengubah konsep belajar yang menyenangkan bagi mereka, agar mereka lebih menyukai pelajaran. Jika ada anak yang kurang dalam bidang pelajaran, saya ingin memberikan suatu arahan atau pemahaman terhadap mereka bahwa belajar itu bukan hanya pelajaran yang ada di dalam sekolah saja namun diluar dari itu. Karena sesungguhnya tidak semua anak menguasai mata pelajaran sekolah tetapi setiap anak masing-masing memiliki bakat dan keinginannya untuk mengembangkan semua itu, dan saya selaku guru bagi mereka saya harus memberi petunjuk atas pilihan postif yang mereka inginkan.
Saya ingin menanamkan sebuah prinsip kepada mereka sejak dini bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar itu bukan dilihat dari hasilnya tetapi dari proses yang dijalankan selama ini. Apakah hasil itu dari sebuah proses kejujuran atau bukan. Jika mereka mendapatkan hasil itu dari sebuah kejujuran maka mereka sudah berhasil. Menurut saya guru yang baik itu dapat memberikan dampak perubahan yang lebih baik terhadap siswanya. Maka itu sudah bisa disebut seorang guru yang baik.

Aliran Progressivisme



Aliran Progressivisme ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang dengan pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan yang didorong oleh terutama aliran naturalisme dan experimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga penyebutan nama progressivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran tadi. Progressivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian "the liberal road to cultural" yakni liberal dimaksudkan sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin mengetahuidan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Progressivisme disebut sebagai naturalisme yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dari supernatural).
Naturalisme dapat menjadi materialisme karena memandang jiwa manusia dapat menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai hakikat seperti unsur-unsur materi. Dan progressivisme identik dengan experimentalisme berarti aliran ini menyadari dan memperaktekkan bahwa experiment (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori dan suatu ilmu pengetahuan. Disebut juga dengan instrumentalisme karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia (merupakan alat, instrument) sebagai kekuatan utama untuk menghadapi dan memecahkan problem kehidupan manusia. Dengan sebutan lain yakni environtalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup sebagai medan tempat untuk berjuang menghadapi tantangan dalam hidup baik lingkungan fislk maupun lingkungan sosial. Manusia diuji sejauh mana berinteraksi dengan lingkungan, menghadapi realita dan perubahan. Sedangkan disebut sebajai aliran pragmatisme dan dianggap aliran ini pelaksana terbesar dari progressivisme dan merupakan petunjuk bahwa pelaksanaan pendidikan lebih maju dari sebelumnya. Dari pemikiran yang demikian ini maka tidaklah heran kalau pendidikan progressivisme selalu menekankan akan tumbuh dan  berkembangnya pemikiran dan sikap mental, baik dalam pemecahan masalah maupun kepercayaan kepada diri sendiri bagi peserta didik. Progres atau kemajuan menimbulkan perubahan dan perubahan menghasilkan pembaharuan. Juga kemajuan adalah di dalamnya mengandung nilai dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Kemajuan nampak kalau tujuan telah tercapai. Dan nilai dari suatu tujuan tertentu itu dapat menjadi alat jika ingin dipakai untuk mencapai tujuan lain lagi.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakata yang masih murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.
Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, sehingga memungkinkan adanya relevansi seperti yang ada dalam masyarakat pergaulan. Oleh karena adanya faktor-faktor yang menentukan adanya nilai, maka makna nilai itu tidaklah bersifat eksklusif. Ini berarti berbagai jenis nilai seperti benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan adanya kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
Sadullah, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALFABETA, 2007.
Indar, Djumberansyah. Filsafat Pedidikan. Surabaya: Karya Abditama, 1994.
Jalaluddin, dkk. Filsafat Pedidikan Manusia.              : Media Pratama.
Barnadib, Imam. Filsafat Pedidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset, 1990.
Noor Syam, Muhammad. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa, 1995.
Bakry, Hasbullah, Sitematik Filsafat (Widjaya, Yogyakarta, 1970).
Idris, H. Sahara dan Jamal, H Lisman, Pengantar Pendidikan (Grasindo, 1992)
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Murtiningsih, Siti, Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book, 2004
Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan (Alfabet, Yogyakarta 2004)

[INDEX] Tugas Mata Kuliah Filsafat

Nama : Ayu Wulandari
Kelas : III A PGSD
Nim : 2227150011
  1. Pengertian Filsafat
  2. Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli
  3. Sejarah Lahirnya Filsafat
  4. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Filsafat
  5. Ciri-Ciri Filsafat dan Metedeologi Filsafat
  6. Cabang-Cabang Filsafat
  7. Aliran-Aliran dalam Filsafat
  8. Aliran Progresivissme
  9. Tema Besar dalam Filsafat
  10. Pendekatan Dalam Mempelajari Filsafat
  11. Karakteristik Filsafat
  12. Hubungan Filsafat dan Ilmu
  13. Hubungan Filsafat dan Pendidikan
  14. Mengenal Immanuel Kant
  15. Mengenal Konsep Etika Immanuel Kant
  16. Pokok Pemikiran Immanuel Kant
  17. Realisasi Pancasila
  18. Penjabaran Pancasila secara Objektif
  19. Internalisasi Nilai-nilai Pancasila
  20. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila
  21. Kearifan Lokal yang Sesuai dengan Sila-sila Pancasila
  22. Perubahan Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2013
  23. Kunci Sukses Kurikulum 2013
  24. Pengertian dan Tujuan Membaca
  25. Manfaat Membaca Buku
  26. Upaya Meningkatkan Kegemaran Membaca Siswa Sekolah Dasar
  27. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
  28. Pengertian Pendidikan Karakter
  29. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
  30. Pentingnya Pendidikan Karakter di Usia Sekolah Dasar
  31. Peran Guru dalam Pengembangan Karakter di Sekolah Dasar
  32. Dampak Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
  33. Kebiasaan Mencontek yang Sudah Menjadi Tradisi
  34. Pengaruh Sosial Media terhadap Anak SD
  35. Menjadi Guru yang Baik
  36. Peran Guru dalam Menciptakan Lingkungan Sekolah yang Kondusif
  37. Kiat Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
  38. Pembelajaran Bahasa Daerah Melalui Kecintaan Terhadap Budaya Lokal
  39. Persiapan Kerja dalam Pendidikan Kejuruan
  40. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup
  41. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
  42. Kepentingan Pendidikan Seumur Hidup
  43. Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
  44. Macam-macam Pendidikan Seumur Hidup
  45. Konsep Dasar Pendidikakan Seumur Hidup
  46. Konsep Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya
  47. Manusia Sebagai Makhluk Individu
  48. Pengertian Individu Menurut Para Ahli
  49. Karakteristik Makhluk Individu
  50. Hubungan Individu dengan Lingkungan
  51. Kerjasama antara Keluarga dengan Sekolah dalam Pendidikan
  52. Peran Keluarga dalam Pendidikan
  53. Peran Masyarakat dalam Pendidikan
  54. Pengertian Teknik dan Keterampilan Mengajar
  55. Keterampilan Dasar Mengajar
  56. Psikologi Perkembangan
  57. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Psikologi Perkembangan
  58. Perkembangan dan Pertumbuhan
  59. Fungsi Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
  60. Perbedaan Individual Peserta Didik
  61. Tahap-tahap dan Ciri Perkembangan Anak
  62. Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
  63. Karakteristik dan Periodesasi Perkembangan Peserta Didik
  64. Teori-teori tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
  65. Perbedaan Individual Peserta Didik
  66. Ciri-ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
  67. Metodologi dalam Psikologi Perkembangan dan Kebutuhan Peserta Didik
  68. Pendekatan Pemahaman dalam Psikologi Perkembangan dan Kebutuhan Peserta Didik
  69. Teori Kebutuhan Peserta Didik
  70. Implikasi Kebutuhan Individu Peserta Didik terhadap Pendidikan
  71. Implikasi Genetik dan Lingkungan terhadap Pendidikan
  72. Pengembangan dan Implikasi Konsep Diri Peserta Didik
  73. Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
  74. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
  75. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Jiwa Manusia
  76. Aturan-aturan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
  77. Revolusi Ramadhan
  78. Islam Koperasi dan Pembangunan Ekonomi Kerakyatan
  79. Pengertian Tunadaksa
  80. Klasifikasi Tunadaksa
  81. Penyebab Tunadaksa
  82. Karakteristik Tunadaksa
  83. Hambatan dan Dampak Ketunadaksaan
  84. Alat Pendidikan Tunadaksa
  85. Kompensatoris Ketunadaksaan
  86. Model dan Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunadaksa
  87. Model Pembelajaran IPS SD
  88. Pengertian dan Prinsip Pemilihan Pendekatan Pembelajaran IPA
  89. Jenis Pendekatan Pembelajaran IPA
  90. Makna Hubungan Internasional
  91. Kenapa Langit Berwarna Biru
  92. Kenapa Emas Sulit Mengalami Korosi
  93. Kenapa Air Laut Asin
  94. Kenapa Pesawat Bisa Terbang
  95. Kenapa Kapal Bisa Mengapung
  96. Kenapa Anjing Najis dalam Islam
  97. Kenapa Daging Babi Haram dalam Islam
  98. Kenapa Kelelawar Tidur Terbalik
  99. Kenapa Keybord Komputer Disusun Qwerty
  100. Manusia dalam Mencapai Sebuah Harapan
  101. Sertifikat Seminar Nasional dan Bedah Buku "Struktur Fundamental Pedagogik. Kritis Paulo Freire"

Pengertian Filsafat



Pada umumnya para filsuf maupun para ahli filsafat mempunyai tinjauan yang senada dalam mengartikan istilah filsafat, walaupun secara harfian mempunyai perbedaan. Istilah “filsafat” dalam bahasa indonesia mempunyai padanan “falsafah” dalam kata Arab. Sedangkan menurut kata Inggris “philosophy”, kata Latin “philosophia”, kata Belanda “philosophie”, kata Jerman “philosophier” kata Perancis “philosophie”, yang kesemuanya itu diterjemahkan dalam kata indonesia “filsafat”. “philosophia” ini adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan “philosophien” sebagai kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh philosophos atau filsuf ssebagai subjek yang berfilsafat. Menurut Hanur Nasution, istilah “falsafah” berasal dari bahasa Yunani “philein” dan kata ini mengandung arti “cinta” dan “sophos” dalam arti hikmah (wisdom) (Nasution, 1973).
Dengan demikian istilah “filsafat” yang dimaksudkan sebagai kata majemuk dari “philein” dan “sophos” mengandung arti, mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan “filsafat” yang merupakan bentuk majemuk dari “philos” dan “sophia” berkonotasi teman dari kebijaksaan.
Sementara ahli ada yang menyatakan bahwa “sophia” arti yang lebih luas dari kebijaksanaan. Arti “sophia” meliputi pula kerajinan (creftsmanship) sampai kebenaran pertama (first truth), “sophia” kadang-kadang juga mengandung makna pengetahuan yang luas (wide knowladge), kebijaksanaan (intelectual virtues). Pertimbangan yang sehat (soundjudgement). Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis (shewdness in pratical decision).
Jadi istilah “filsafat” pada mulanya merupakan suatu istilah yang secara umum dipergunakan untuk menyebutkan usaha kearah keutamaan mental (the pursuit of mental exellence) (Ali Mudhofir, 1985).

Lingkup Pengertian Filsafat. Filsafat memiliki bidang bahasan yang sangat luas yaitu segala sesuatu baik yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Objek material dan formal ilmu filsafat sebagai berikut :
Objek Material Filsafat, yaitu objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti, manusia, alam, benda, binatang dan lain sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.
Objek Formal Filsafat, adalah cara memandang seseorang peneliti terhadap objek material tersebut, suatu objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu terhadap berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat, antara lain dari sudut pandang nilai terdapat bidang aksiologi, dari sudut pandang pengetahuan terdapat bidang epistemologi, keberadaan bidang ontologi, tingkah laku baik dan buruk bidang etika, keindahan bidang estetika dan masih terdapat sudut pandang lainnya yang lebih khusus misalnya filsafat sosial, filsafat hukum, filsafat bahasa dan sebagainya. Berdasarkan objek material dan formal ilmu filsafat tersebut maka lingkup pengertian filsafat menjadi sangat luas. Bidang lingkup pengertian filsafat :
Pertama : filsafat sebagai produk mencakup pengertian
a.         Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem atau tertentu, yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
b.        Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini mempunyai ciri-ciri khas tertentu sebagai suatu hasil kegiatan berfilsafat dan pada umumnya proses pemecahan persoalan filsafat ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat (dalam pengertian filsafat sebagai proses yang dinamis).
Kedua : filsafat sebagai suatu proses
Filsafat diartikan sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya. Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan sekumpulan dogma yang hanya diyakini ditekuni dan dipahami sebagai suatu sistem nilai tertentu tetapi tidak lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.
Sumber : Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma