Selasa, 29 November 2016

Aliran Progressivisme



Aliran Progressivisme ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang dengan pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan yang didorong oleh terutama aliran naturalisme dan experimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga penyebutan nama progressivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran tadi. Progressivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian "the liberal road to cultural" yakni liberal dimaksudkan sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin mengetahuidan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Progressivisme disebut sebagai naturalisme yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dari supernatural).
Naturalisme dapat menjadi materialisme karena memandang jiwa manusia dapat menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai hakikat seperti unsur-unsur materi. Dan progressivisme identik dengan experimentalisme berarti aliran ini menyadari dan memperaktekkan bahwa experiment (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori dan suatu ilmu pengetahuan. Disebut juga dengan instrumentalisme karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia (merupakan alat, instrument) sebagai kekuatan utama untuk menghadapi dan memecahkan problem kehidupan manusia. Dengan sebutan lain yakni environtalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup sebagai medan tempat untuk berjuang menghadapi tantangan dalam hidup baik lingkungan fislk maupun lingkungan sosial. Manusia diuji sejauh mana berinteraksi dengan lingkungan, menghadapi realita dan perubahan. Sedangkan disebut sebajai aliran pragmatisme dan dianggap aliran ini pelaksana terbesar dari progressivisme dan merupakan petunjuk bahwa pelaksanaan pendidikan lebih maju dari sebelumnya. Dari pemikiran yang demikian ini maka tidaklah heran kalau pendidikan progressivisme selalu menekankan akan tumbuh dan  berkembangnya pemikiran dan sikap mental, baik dalam pemecahan masalah maupun kepercayaan kepada diri sendiri bagi peserta didik. Progres atau kemajuan menimbulkan perubahan dan perubahan menghasilkan pembaharuan. Juga kemajuan adalah di dalamnya mengandung nilai dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Kemajuan nampak kalau tujuan telah tercapai. Dan nilai dari suatu tujuan tertentu itu dapat menjadi alat jika ingin dipakai untuk mencapai tujuan lain lagi.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakata yang masih murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.
Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, sehingga memungkinkan adanya relevansi seperti yang ada dalam masyarakat pergaulan. Oleh karena adanya faktor-faktor yang menentukan adanya nilai, maka makna nilai itu tidaklah bersifat eksklusif. Ini berarti berbagai jenis nilai seperti benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan adanya kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
Sadullah, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALFABETA, 2007.
Indar, Djumberansyah. Filsafat Pedidikan. Surabaya: Karya Abditama, 1994.
Jalaluddin, dkk. Filsafat Pedidikan Manusia.              : Media Pratama.
Barnadib, Imam. Filsafat Pedidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset, 1990.
Noor Syam, Muhammad. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa, 1995.
Bakry, Hasbullah, Sitematik Filsafat (Widjaya, Yogyakarta, 1970).
Idris, H. Sahara dan Jamal, H Lisman, Pengantar Pendidikan (Grasindo, 1992)
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Murtiningsih, Siti, Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book, 2004
Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan (Alfabet, Yogyakarta 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar