1.
Hambatan terhadap ketunadaksaan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut, yaitu:
a.
Hambatan kesulitan belajar
Terjadinya kelainan pada otak
,sehingga fungsi fikirnya terganggu persepsi. Apalagi bagi anak tuna daksa yang
disertai dengan cacat-cacat lainya dapat menimbulkan komplikasi yang secara
otomatis dapat berpengaruh terhadap kemampuan menyerap materi yang diberikan.
b.
Hambatan sosialisasi
Anak tuna daksa mengalami
berbagai hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini dapat
terjadi karena kelainan jasmani, sehingga mereka tidak diterima oleh
teman-temannya, diisilasi, dihina, dibenci, dan bahkan tidak disukai sama
sekali kehadiranya dan sebagainya.
c.
Hambatan keterampilan dan
pekerjaan
Anak tuna daksa memiliki
kemampuan fisik yang terbatas, namun di lain pihak bagi mereka yang memiliki
kecerdasan yang normal ataupun yang kurang perlu adanya pembinaan diri sehingga
hidupnya tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada orang lain. Karena itu
dengan modal kemampuan yang dimilikinya perlu diberikan kesempatan yang
sebanyak-banyaknya untuk dapat mengembangkan lewat latihan ketrampilan dan
kerja yang sesuai dengan potensinya, sehingga setelah selesai masa pendidikan
mereka dapat menghidupi dirinya, tidak selalu mengharapkan pertolongan
oranglain. Di lain pihak dianggap perlu sekali adanya kerja sama yang baik
dengan perusahaan baik negeri maupun swasta untuk dapat menampung mereka.
d.
Hambatan latihan gerak
Kondisi anak tuna daksa yang sebagian
besar mengalami gangguan dalam gerak. Agar kelainanya itu tidak semakin parah
dan dengan harapan supaya kondisi fungsional dapat pulih ke posisi semula,
perlu adanya latihan yang sistematis dan berlanjut.misalnya terapi-fisik
(fisio-therapy), terapi-tari (dance-therapy), terapi-bermain (play-therapy),
dan terapi-okupasional (occupotional-therapy).
2.
Dampak terhadap ketunadaksaan
Karakteristik
anak tunadaksa mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan,
kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku
anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.
Jenis
kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi
akan kekurangan kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari
lingkungan. Disamping
karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa
antara lain:
a.
Kelainan
perkembangan/intelektual
b.
Gangguan pendengaran
c.
Gangguan penglihatan
d.
Gangguan taktik dan
kinestetik
e.
Gangguan persepsi
f.
Gangguan emosi
SUMBER:
Asep Karyana, Sri Widati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media
Asep Karyana, Sri Widati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar