Jumat, 30 Desember 2016

Hambatan dan Dampak Ketunadaksaan

1.        Hambatan terhadap ketunadaksaan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut, yaitu:
a.         Hambatan kesulitan belajar
Terjadinya kelainan pada otak ,sehingga fungsi fikirnya terganggu persepsi. Apalagi bagi anak tuna daksa yang disertai dengan cacat-cacat lainya dapat menimbulkan komplikasi yang secara otomatis dapat berpengaruh terhadap kemampuan menyerap materi yang diberikan.
b.      Hambatan sosialisasi
Anak tuna daksa mengalami berbagai hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena kelainan jasmani, sehingga mereka tidak diterima oleh teman-temannya, diisilasi, dihina, dibenci, dan bahkan tidak disukai sama sekali kehadiranya dan sebagainya.
c.       Hambatan keterampilan dan pekerjaan
Anak tuna daksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, namun di lain pihak bagi mereka yang memiliki kecerdasan yang normal ataupun yang kurang perlu adanya pembinaan diri sehingga hidupnya tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada orang lain. Karena itu dengan modal kemampuan yang dimilikinya perlu diberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk dapat mengembangkan lewat latihan ketrampilan dan kerja yang sesuai dengan potensinya, sehingga setelah selesai masa pendidikan mereka dapat menghidupi dirinya, tidak selalu mengharapkan pertolongan oranglain. Di lain pihak dianggap perlu sekali adanya kerja sama yang baik dengan perusahaan baik negeri maupun swasta untuk dapat menampung mereka.
d.      Hambatan latihan gerak
Kondisi anak tuna daksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam gerak. Agar kelainanya itu tidak semakin parah dan dengan harapan supaya kondisi fungsional dapat pulih ke posisi semula, perlu adanya latihan yang sistematis dan berlanjut.misalnya terapi-fisik (fisio-therapy), terapi-tari (dance-therapy), terapi-bermain (play-therapy), dan terapi-okupasional (occupotional-therapy).

2.        Dampak terhadap ketunadaksaan
Karakteristik anak tunadaksa mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa antara lain:
a.         Kelainan perkembangan/intelektual
b.        Gangguan pendengaran
c.         Gangguan penglihatan
d.        Gangguan taktik dan kinestetik
e.         Gangguan persepsi
f.         Gangguan emosi


SUMBER:
Asep Karyana, Sri Widati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar