Koompensatoris pada anak tunadaksa terdapat dua bagian,
yaitu :
1.
Bina Diri
Program Bina Diri mencakup beberapa
hal yang berhubungan dengan kepentingan anak-anak sehari-hari seperti makan,
minum, kebersihan diri, dan kerapian diri. Dengan demikian kemampuan mengurus
diri sendiri merupakan kecakapan atau keterampilan yang harus dikuasai
anak-anak tunadaksa agar dapat mengurus dirinya sendiri dalam keperluan sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
Pembelajaran bina diri, adalah kemampuan
menolong dirinya sendiri dengan bantuan, mengarah pada kemampuan menolong
dirinya tanpa bantuan atau mandiri. Dengan kata lain, kemampuan dengan bantuan
menuju kemampuan tanpa bantuan. Muatan pembelajaran Bina Diri adalah
keterampilan (skill), maka dalam proses pembelajaran ranah yang dikembangkan
adalah ranah keterampilan. Meskipun demikian, tidak berarti ranah kognitif dan
afektif tidak dikebangkan. Dalam melaksanakan pembelajaran ranah keterampilan, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Tahap persepsi
Siswa dikondisikan untuk menerima
stimulus indrawi, yang meliputi persepsi visual (penglihatan), auditif
(pendengaran), taktil (raba) dan kinestetik (kesan terhadap gerak), dan
dikoordinasikan dengan baik.
2.
Tahap kesiagaan
Siswa dibawa kedalam suasana siap
secara fisik, mental, dan emosi untuk melakukan suatu
kegiatan. Bentuk kongkrit pelaksanaan tahap ini, antara lain latihan peniruan
gerak, dan pengulangan gerak.
3.
Tahap sambutan (guided response)
Siswa dibawa untuk memulai suatu
kecakapan, yaitu kecakapan untuk mengikuti contoh - contoh tindakan yang diperagakan
guru. Diawali dengan menirukan, yang kemudian mencoba sendiri.
4.
Tahap tindakan mekanis
Siswa dilatih untuk memiliki
keterampilan-keterampilan tertentu secara bertahap dan konstan. Misalnya menggosok
gigi, setiap selesai makan.
5.
Tahap sambutan yang kompleks
Sebagai kelanjutan dari tindakan
mekhanisme, proses pembelajaran ditujukan kepada siswa untuk memiliki
kecakapan tentang hal-hal yang sama dengan kualitas yang lebih baik, efisien dan
relative beravariasi.
6.
Tahap variasi
Kecakapan atau keterampilan yang
telah dimiliki akan dimanifestasikan sesuai dengan situasi dan problema yang
dihadapinya. Contoh, siswa yang telah dilatih menyisir rambut dan yang
bersangkutan sudah terampil. Keterampilannya itu akan digunakan setiap habis
mandi dan dia tetap bias menyisir rambut dengan rapi meskipun tidak di depan
cermin.
7.
Tahap originasi
Keterampilan-keterampilan yang telah
dimiliki, harus diaplikasikan sesuai dengan kondisi, situasi dan problematika yang
dihadapinya. Perlu menerapkan model pendekatan analisis tugas (taks of
analysis). Pendekatan ini menekankan bahwa suatu keterampilan atau kecakapan
yang akan diajarkan dirinci dan diurutkan berdasarkan urutan dan tingkat
kesulitannya.
Tujuan
Layanan Bina Diri:
1.
Agar anak memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya
sendiri
2.
Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan
dirinya sendiri
3.
Agar anak tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu
mengurus dirinya sendiri
4.
Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Materi
Pembelajaran bina diri, meliputi:
(1) Kebersihan badan, (2) Makan minum,
(3) Berpakaian, (4) Berhias, (5) Keselamatan Diri dan (6) Adaptasi lingkungan.
2.
Bina Gerak
Bina Gerak adalah serangkaian
kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam
pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu
tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam bina
gerak adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan fungsi gerak pada anak. Atau
untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak mampu
bergerak untuk berpartisipasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Materi
Bina Gerak:
1.
Penguatan Otot yang lemah
Tujuan bina gerak adalah untuk menguatkan,
menjaga, menyegarkan kerja otot baik dengan ataupun tanpa alat bantu.
Pelaksanaan bina gerak ini menjadi bagian dari materi terapi okupasi, olahraga
dan kesehatan atau dapat pula diberikan secara mandiri dalam pelajaran bina
gerak.
2. Pelemasan
otot yang kaku
Apabila seluruh otot persendian
mengalami kekakuan maka sendi tidak dapat digerakkan sama sekali, baik gerak
aktif maupun gerak pasif. Otot-otot yang kaku ini perlu dilatih untuk
menurunkan kekakuannya kemudian dikembangkan kekuatannya, daya tahan dan
koordinasi geraknya.
3.
Mempertahankan kekuatan otot dan
mencegah atropi otot
Atropi otot atau kemunduran otot
berakibat pada kekuatannya menjadi menurun atau hilang dikarenakan adanya
fungsi syaraf yang hilang.
4.
Memperbaiki gerak pada persendian
Anak-anak tunadaksa memerlukan
latihan gerak guna mengatasi permasalahan di sekitar sendi, yaitu pada sendi
bahu, sendi siku, sendi pergelangan tangan, sendi jari tangan, sendi pinggul,
sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi jari kaki.
5.
Menanamkan keterampilan lokomotor
Keterampilan lokomotor merupakan
keterampilan gerak dari satu tempat ke tempat lain. Keterampilan dasar
lokomotor ini penting diberikan pada anak tunadaksa untuk melatih gerak dasar,
yang kemudian dikembangkan pada gerak-gerak seperti berjalan, melompat, lari,
dsb.
6.
Menanamkan keterampilan
non-lokomotor
Keterampilan non-lokomotor merupakan
keterampilan untuk dapat melakukan gerakan tertentu tanpa harus bergerak pindah
tempat. Artinya gerakan terjadi tanpa memindahkan tubuh dari satu tempat satu
ke tempat lain.
7.
Memperbaiki koordinasi gerak tubuh
Materi latihan untuk memperbaiki
koordinasi gerak meliputi: (1) Koordinasi gerak antara mata dengan tangan, (2)
Koordinasi gerak antara mata dengan kaki, (3) Koordinasi gerak antara tangan
dengan kaki, (4) Koordinasi gerak antara mata, tangan dan kaki, dan (5) Koordinasi gerak antara tangan
dan kaki dengan indera lainnya (pendengaran, perabaan, penciuman, pencecapan).
Metode Bina
Gerak:
1.
Aktivitas gerak persepsual
Kemampuan dasar anak dalam menerima,
menginterpretasi dan merespon secara baik pada informasi sensori. Baik melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan. Keterampilan ini penting sebagai
preventif untuk keterampilan gerak secara keseluruhan.
2.
Latihan keterampilan
Digunakan sebagai wahana menanamkan
kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik. Misalnya
keterampilan memegang, menjepit, menangkap, melempar, keterampilan dalam
kegiatan hidup sehari-hari (ADL), bina diri, keterampilan menulis, menggambar,
dll.
3.
Permainan
Bermain merupakan kegiatan untuk
menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa setuju, rasa kesal) melalui
permainan. Banyak jenis permainan yang dapat membantu membina kemampuan gerak
anak gangguan motorik, misalnya: Sambil bernyanyi “ Naik-naik ke puncak
Gunung”, anak berjalan pelan-pelan.
4.
Pendidikan olahraga
Salah satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan
gerak individu. Baik gerak lokomotor, non-lokomotor, koordinasi gerak,
penguatan otot, pelemasan otot, mempertahankan kekuatan otot, melatih gerak
sendi, dsb. Para guru dituntut kreativitasnya dalam memilih aktivitas olahraga
yang memiliki makna bina gerak, sehingga aktivitas olahraga yang dilakukan
dapat memperbaiki kemampuan gerak anak.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar