Jumat, 30 Desember 2016

Kompensatoris Ketunadaksaan

Koompensatoris pada anak tunadaksa terdapat dua bagian, yaitu :
1.    Bina Diri
Program Bina Diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kepentingan anak-anak sehari-hari seperti makan, minum, kebersihan diri, dan kerapian diri. Dengan demikian kemampuan mengurus diri sendiri merupakan kecakapan atau keterampilan yang harus dikuasai anak-anak tunadaksa agar dapat mengurus dirinya sendiri dalam keperluan sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
Pembelajaran bina diri, adalah kemampuan menolong dirinya sendiri dengan bantuan, mengarah pada kemampuan menolong dirinya tanpa bantuan atau mandiri. Dengan kata lain, kemampuan dengan bantuan menuju kemampuan tanpa bantuan. Muatan pembelajaran Bina Diri adalah keterampilan (skill), maka dalam proses pembelajaran ranah yang dikembangkan adalah ranah keterampilan. Meskipun demikian, tidak berarti ranah kognitif dan afektif tidak dikebangkan. Dalam melaksanakan pembelajaran ranah keterampilan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Tahap persepsi
Siswa dikondisikan untuk menerima stimulus indrawi, yang meliputi persepsi visual (penglihatan), auditif (pendengaran), taktil (raba) dan kinestetik (kesan terhadap gerak), dan dikoordinasikan dengan baik.
2.    Tahap kesiagaan
Siswa dibawa kedalam suasana siap secara fisik, mental, dan emosi untuk melakukan suatu kegiatan. Bentuk kongkrit pelaksanaan tahap ini, antara lain latihan peniruan gerak, dan pengulangan gerak.
3.    Tahap sambutan (guided response)
Siswa dibawa untuk memulai suatu kecakapan, yaitu kecakapan untuk mengikuti contoh - contoh tindakan yang diperagakan guru. Diawali dengan menirukan, yang kemudian mencoba sendiri.
4.    Tahap tindakan mekanis
Siswa dilatih untuk memiliki keterampilan-keterampilan tertentu secara bertahap dan konstan. Misalnya menggosok gigi, setiap selesai makan.
5.    Tahap sambutan yang kompleks
Sebagai kelanjutan dari tindakan mekhanisme, proses pembelajaran ditujukan kepada siswa untuk memiliki kecakapan tentang hal-hal yang sama dengan kualitas yang lebih baik, efisien dan relative beravariasi.
6.    Tahap variasi
Kecakapan atau keterampilan yang telah dimiliki akan dimanifestasikan sesuai dengan situasi dan problema yang dihadapinya. Contoh, siswa yang telah dilatih menyisir rambut dan yang bersangkutan sudah terampil. Keterampilannya itu akan digunakan setiap habis mandi dan dia tetap bias menyisir rambut dengan rapi meskipun tidak di depan cermin.
7.    Tahap originasi
Keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki, harus diaplikasikan sesuai dengan kondisi, situasi dan problematika yang dihadapinya. Perlu menerapkan model pendekatan analisis tugas (taks of analysis). Pendekatan ini menekankan bahwa suatu keterampilan atau kecakapan yang akan diajarkan dirinci dan diurutkan berdasarkan urutan dan tingkat kesulitannya.
Tujuan Layanan Bina Diri:
1.    Agar anak memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya sendiri
2.    Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya sendiri
3.    Agar anak tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu mengurus dirinya sendiri
4.    Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Materi Pembelajaran bina diri, meliputi:
(1)   Kebersihan badan, (2) Makan minum, (3) Berpakaian, (4) Berhias, (5) Keselamatan Diri dan (6) Adaptasi lingkungan.
2.    Bina Gerak
Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam bina gerak adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan fungsi gerak pada anak. Atau untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak mampu bergerak untuk berpartisipasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Materi Bina Gerak:
1.    Penguatan Otot yang lemah
Tujuan bina gerak adalah untuk menguatkan, menjaga, menyegarkan kerja otot baik dengan ataupun tanpa alat bantu. Pelaksanaan bina gerak ini menjadi bagian dari materi terapi okupasi, olahraga dan kesehatan atau dapat pula diberikan secara mandiri dalam pelajaran bina gerak.
2.   Pelemasan otot yang kaku
Apabila seluruh otot persendian mengalami kekakuan maka sendi tidak dapat digerakkan sama sekali, baik gerak aktif maupun gerak pasif. Otot-otot yang kaku ini perlu dilatih untuk menurunkan kekakuannya kemudian dikembangkan kekuatannya, daya tahan dan koordinasi geraknya.
3.   Mempertahankan kekuatan otot dan mencegah atropi otot
Atropi otot atau kemunduran otot berakibat pada kekuatannya menjadi menurun atau hilang dikarenakan adanya fungsi syaraf yang hilang.
4.   Memperbaiki gerak pada persendian
Anak-anak tunadaksa memerlukan latihan gerak guna mengatasi permasalahan di sekitar sendi, yaitu pada sendi bahu, sendi siku, sendi pergelangan tangan, sendi jari tangan, sendi pinggul, sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi jari kaki.
5.   Menanamkan keterampilan lokomotor
Keterampilan lokomotor merupakan keterampilan gerak dari satu tempat ke tempat lain. Keterampilan dasar lokomotor ini penting diberikan pada anak tunadaksa untuk melatih gerak dasar, yang kemudian dikembangkan pada gerak-gerak seperti berjalan, melompat, lari, dsb.
6.   Menanamkan keterampilan non-lokomotor
Keterampilan non-lokomotor merupakan keterampilan untuk dapat melakukan gerakan tertentu tanpa harus bergerak pindah tempat. Artinya gerakan terjadi tanpa memindahkan tubuh dari satu tempat satu ke tempat lain.
7.   Memperbaiki koordinasi gerak tubuh
Materi latihan untuk memperbaiki koordinasi gerak meliputi: (1) Koordinasi gerak antara mata dengan tangan, (2) Koordinasi gerak antara mata dengan kaki, (3) Koordinasi gerak antara tangan dengan kaki, (4) Koordinasi gerak antara mata, tangan dan kaki, dan (5) Koordinasi gerak antara tangan dan kaki dengan indera lainnya (pendengaran, perabaan, penciuman, pencecapan).
Metode Bina Gerak:
1.      Aktivitas gerak persepsual
Kemampuan dasar anak dalam menerima, menginterpretasi dan merespon secara baik pada informasi sensori. Baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan. Keterampilan ini penting sebagai preventif untuk keterampilan gerak secara keseluruhan.
2.      Latihan keterampilan
Digunakan sebagai wahana menanamkan kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik. Misalnya keterampilan memegang, menjepit, menangkap, melempar, keterampilan dalam kegiatan hidup sehari-hari (ADL), bina diri, keterampilan menulis, menggambar, dll.
3.      Permainan
Bermain merupakan kegiatan untuk menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa setuju, rasa kesal) melalui permainan. Banyak jenis permainan yang dapat membantu membina kemampuan gerak anak gangguan motorik, misalnya: Sambil bernyanyi “ Naik-naik ke puncak Gunung”, anak berjalan pelan-pelan.
4.      Pendidikan olahraga
Salah satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan gerak individu. Baik gerak lokomotor, non-lokomotor, koordinasi gerak, penguatan otot, pelemasan otot, mempertahankan kekuatan otot, melatih gerak sendi, dsb. Para guru dituntut kreativitasnya dalam memilih aktivitas olahraga yang memiliki makna bina gerak, sehingga aktivitas olahraga yang dilakukan dapat memperbaiki kemampuan gerak anak.

SUMBER:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar