A. Masa Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya
sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di
daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut
Tengah.
Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah
mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam, sehingga
beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat
formalitas. Artinya kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural religion)
tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oelh Homerus dengan
dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus
itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar
peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa.
Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang
berkepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan
pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu
dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius berubah
menjadi sistem cultural religius.
Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia
terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural
religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan
bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapai dan
memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625 –
545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan
Democritos mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu
kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates mengembangkan
teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles
mengembang teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan data 500
jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari
Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang
sampai sekarang masih terkenal.
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep
tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut.
Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul
alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat
kejadian-kejadia dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari
asche (asal mula) alam semesta, dan mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Oleh karena arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta
maka corak pemikirannya kosmosentris. Sedangkan para ahli pikir seperti
Socrates, Plato dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena arah
pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran filsafatnya antroposentris. Hal
ini disebabkan, arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut
memasukkan manusia sebagai subyek yang harus bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya.
B. Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa.
Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan,
maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh
kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi
oelh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama,
sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan
dari Karel Agung, maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran
gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi dan musik. Keadaan yang
demikan akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang
ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah
mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus
(1033 – 1109), Abaelardus (1079 – 1143), Thomas Aquinas (1225 – 1274).
Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat
Skolastik Islam) muncul al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah,
Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode skolastik Islam ini berlangsung tahun 850 –
1200. pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat. Akan tetapisetelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada
di Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur. Suatu
prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat
Yunani, sebagaimana yang dilakukan oelh sarjana-sarjana Islam di Timur terhadap
Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filosof Islam sendiri
sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan
Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara
agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupan
sumbangan Islam yang paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu
pengetahuan dan pemikiran filsafat terutama dalam bidang teologi dan ilmu
pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah
filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya
Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15-16. munculnya
Renaisance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman
modern inilah peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol, sehingga akibatnya
pemikiran filsafata semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu
sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang
dapat dicapai oleh akal manusia.
C. Masa Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil
menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan,
sehingga corak pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya
mendasarkan pada akal fikir dan pengalaman.
Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance dan
Humanisme sebagai awal masa abad modern. Di mana para ahli (filosof) menjadi
pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan yang menjadi pelopor
perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Dan pemikiran filsafat masa
abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode logis ilmiah.
Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran
filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat mengasai lingkungan alam
dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/
eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan
pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat
(natural sciences). Rene Descartes (1596 – 1650) sebagai bapak filsafat modern
yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam
dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar
kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran dan kenyataan yang
jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah
kepada filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya
manusia, bagaimana cara/ sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan
kenyataan. Sebagai tokohnya George Berkeley (1685 – 1753), David Hume (1711 –
1776), Rousseau (1722 – 1778).
Di Jerman muncul Christian Wolft (1679 – 1754) dan Immanuel
Kant (1724 – 1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengethuan
yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang
jelas dan bukti yang kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah.
Pemikiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian
tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika,
filsafat Perancis, filsafat Inggris, filasafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah
Hegel (1770-18311), Karl Marx (1818 -1883), August Comte (1798 -1857), JS. Mill
(1806 – 1873), John Dewey (1858 – 1952).
Akhirnya dengan munculnya pemikiran filsafat yang
bermacam-macam ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang
mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah filsafat kontemporer atau filsafat
dewasa ini.
D. Masa Abad Dewasa Ini
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga disebut
Filsafat Kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah
desentralisasi manusia. Karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan
perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah; arti
kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena bahwa
realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah, di mana cara pemakainnnya
sering tidak dipikirkan secara mendalam, sehingga menimbulkan tafsir yang
berbeda-beda (bermakna ganda). Maka timbullah filsafat analitika, yang di
dalamnya membahas tentang cara berfikir untuk mengatur pemakaian kata-kata/
istilah-istilah yang menimbulkan kerancauan, dan sekaligus dapat menunjukkan
bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Oleh karena bahasa sebagai obyek
terpenting dalam pemikiran filsafat, maka para ahli pikir menyebut sebagai
logosentris.
Dalam bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakah
yang hendak kita perbuat di dalam masyarakat dewasa ini.
Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul
aliran-aliran kefilsafatan seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme,
Neo-Hegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme,
Spiritualisme, Neo-Positivisme. Aliran-aliran di atas sampai sekarang tinggal
sedikit yang masih bertahan. Sedangkan pada awal belahan akhir abad ke-20
muncul aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak pemikiran dewasa
ini seperti Filsafat Analitik, Filsafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika
Sosial.
SUMBER:
Ahmadi, Asmoro, Filsafat
Umum, Jakarta, Raja Grafindo, Persada, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar