Berfilsafat
adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir
filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku
menjelaskan ciri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain
diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal.
Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu
wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti
dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia
pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa
diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai
kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah,
tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkir balikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir
secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir
radikal justru hendak memperjelas realitas.
2.
Integral
Integral
yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh
sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara integral.
3.
Sistematis
Sistematis
disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan
materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud
dengan materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan
satu masalah dengan masalah yang terjadi? Menurut Langeveld (1959)
mengajukan tiga masalah pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis
jenis filsafat, disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut
antara lain:
a.
Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b.
Masalah segala sesuatu atau metafisika
c.
Masalah penilaian dan aksiologi
4.
Konsepsional
Perenungan
filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi (rencana)
merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal
serta proses-proses
satu demi satu.
Filsafat
merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum. Diantara
proses-proses yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.
5.
Koheren
Perenungan
kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional.
Secara singkat istilah kohern ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan
hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut.
Dalam
arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir sistematis, artinya berfikir
logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran. Dengan
urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan yang teratur.[3] Secara
singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun suatu bagan secara
runtut
6.
Memuburu kebenaran
Filsuf
adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki
tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab
itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala
sesuatu.
Kebenaran
filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari
suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru
ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran
yang lebih meyakinkan.
7.
Rasional
Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional.
Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan
yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
Berpikir
secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah
bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh
akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan
yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir
logis yang menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah
rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan
secara logis. Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus menerus
mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir
kritis tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu
dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis, sistematis
– kritis adalah ciri utama berfikir rasional.
8.
Menyeluruh
Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk
dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus
bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar
jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat
sebelah dan tidak memadai.
Berfikir
universal tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu, namun
mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara
keseluruhan apa yang ada pada alam semesta, tidak terpotong-potong.
Pemikiran
yang tidak hanya berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus
tetapi sampai pada kesimpulan yang paling umum. Sampai kepada kesimpulan yang
paling umum bagi seluruh umat manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan
apapun.
SUMBER:
Louis
O Kattsof. 2004. pengantar filsafat.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Drs.
H. Burhanuddin salam. 1995. pengantar
filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Dr.
Jon hendrik rapar. 1996. pengantar
filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar