Ramadhan adalah
bulan puasa sekaligus bulan dimana Al-Qur’an diturunkan dan dipelajari secara
intensif. Sepanjang ramadhan umat islam dididik dan dibina secara ketat dan
penuh disiplin menjadi insan taqwa yang berintegritas tinggi, jujur dan
mumpuni, berprestasi unggul dan berdaya saing. Tidak hanya memberikan maslahat
untuk dirinya sendiri tetapi juga bermanfaat untuk keluarga, lingkungan,
masyarakat, dan bangsanya.
Ramadhan
didesain untuk membentuk insan taqwa
yang shalih dan muslih sehingga sanggup melakukan ishlah (reformasi) dengan
semangat jihad dan amar ma’ruf nahi munkar. Inti pendidikan Ramadhan adalah
ibadah shaum bagaimana diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqaroh
ayat 183:
“wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum
kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqaroh [2]: 183)
Muhammad Ali as-shabuni dalam
bukunya Rawa’I al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam minal Qur’an, hikmah puasa dalam
perspektif pendidikan pendidikan, meliputi:
1. Sarana
pendidikan rohani untuk taat dalam penghambaan diri hanya kepada Allah.
2. Sarana
pendidikan mental untuk sabar dan tahan terhadap segala penderitaan dalam
melaksanakan perintah Allah.
3. Sarana
untuk menumbuhkan rasa kasih saying dan persaudaraan, sehingga terdorong untuk
membantu dan menyantuni.
4. Sarana
pendidikan daya juang untuk melancarkan semangat dakwah, jihad, dan amal makruf
nahi munkar dalam keadaan terang-terangan maupun sembuyi-sembunyi.
Tujuan
Puasa
Tujuan puasa
adalah meraih takwa. Karekteristik insan takwa adalah mukmin yang apabila
disebut nama Allah SWT gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal (QS. 16: 128).
Merekalah orang yang beruntung (QS. 2: 189, QS. 3: 130 dan 200). Insan takwa memiliki
beberapa kriteria berikut:
Ø Kriteria
kecerdasan spiritual
1. Mengehentikan
segala bentuk penghambaan kepada selain Allah umtuk meraih kemerdekaan sejati.
2. Memelihara
fitrah den keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani.
3. Melatih
untuk mengendalikan suasana hati, berpikir dan bertindak positif.
4. Meningkatkan
kecakapan emosi dan spiritual secara fisiologis.
5. Berpegang
teguh pada prinsip, cerdas, berminat tinggi, dan lebih mampu berkonsentrasi
serta tahan uji dalam mengejar cita-cita.
Ø Kriteria
kesehatan mental
1. Dapat
menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk baginya.
2. Memperoleh
kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa
lebih puas memberi daripada menerima.
4. Secara
relatif bebas dari rasa tegang dan cemas
5. Berhubungan
dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima
kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di kemudian hari.
7. Menjuruskan
rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Mempunyai
rasa kasih sayang yang besar.
Ø Kriteria
pemimpin revolusi
1. Seorang
pemimpin harus amanah.
2. Mempunyai
jiwa kejujuran yang tinggi.
3. Mau
mendengarkan semua ide/gagasan dari bawahan.
4. Integritas
terhadap orang lain.
5. Dapat
bekerja sama dan menghargai orang lain.
6. Mempunyai
kapabilitas yaitu kemapuan yang memadai dalam hal intelektual, manajemen.
Hukum
Puasa
Hukum ibadah
shaum ramadhan adalah wajib. Pesertanya adalah setiap mukmin dewasa yang sehat.
Bagi anak-anak puasa dibolehkan sebagai proses pendidikan, tetapi tidak wajib.
Bagi yang sakit dan musafir diberi keringanan. Demikian juga bagi mereka yang
sudah renta dan tidak mungkin bepuasa secara medis.
Maka barang
siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka maka
wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankan nya jika mereka
tidak berpuasa, maka membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang anak miskin.
Dan orang yang tidak dibenarkan secara agama melakukan puasa, yaitu wanita yang
sedang haids.
Pelaksanaan
Puasa
Ibadah shaum
dilakukan yakni selama satu bulan ramadhan, terdiri dari 29 hari atau 30 hari.
Puasa ramadhan mulai diwajibkan kepada umat islam pada tanggal 10 sya’ban, satu
setengah tahun sesudah hijrah. Ketika itu Nabi Saw baru saja diperintahkan
untuk mengalihkan arah kiblat dari Baitulmakdis (yerusalem) ke Ka’bah di
Masjidil haram (Mekah). Ibadah shaum merupakan ibadah pengendalian diri dari
hal-hal yang membatalkan dan mengurangi kualitas ibadah. Yaitu menahan nafsu
atas dasar iman dan menahan diri dari makan, minum dan senggama, dengan niat
ikhlas karena Allah.
Dalam bahasa
Indonesia puasa artinya menahan diri dari perkara yang membatalkan, mulai dari
terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari (QS. 2: 187). Menahan diri
berarti menjaga, memlihara ucapan, perbuatan dan I’tikad dari segala sesuatu
yang dapat membatalkan atau mengurangi makna shaum itu sendiri.
Esensi shaum
adalah menahan diri dari kerakusan dan keserakahan yang dapat mengakibatkan
bahaya yang nyata bagi tubuh. Mengkomsumsi makanan dan minuman yang halal dan
menjauhi yang diharakan agama.
Menurut imam al-Ghazali, peringkat
ikhlas itu ada 3, yaitu :
1. Ikhlas awam,
yaitu ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT karena dilandasi perasaan takut
kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala.
2. Ikhlas khawas,
yaitu ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT karena dimotivasi oleh harapan
agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan denngat kedekatannya kelak
ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.
3. Ikhlas khawas al-khawas,
yaitu ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT karena atas kesadaran yang tulus
dan keinsyafan yang mendalam bahwa sesuatu yang ada adalah milik Allah dan
hanya Dial ah Tuhan Yang Maha Segala-galanya.
Ramadhan
Pelaksanaan puasa ramadhan sebagai
pembinaan bagi setiap muslim yang mukmin, mengajarkan tentang:
1. Tajdiid
bin Niyat
Niat adalah benteng
pertama yang menetukan sah atau sempurnanya semua amal perbuatan. Allah
memerintahkan kepada hamba-Nya dengan niat yang ikhlas (QS. 98:5). Sifat dan
perbuatan hati yang ikhlas merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri
dari godaan setan. Ikhlas sejatinya merupakan “benteng pertahanan” mental
spiritual mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan.
2. Jihad
an-Nafs
Jihad an-Nafs adalah
berjihad melawan hawa nafsu untuk belajar agama, mengamalkan, berdakwah
terhadapnya dan bersabar terhadap cobaan yang dihadapinya. Tabi’at manusia
adalah mengikuti hawa nafsunya sementara hawa nafsunya sementara hawa nafsu
cenderung kepada kesesatan. Hiasi diri dengan hal-hal yang utama baik dalam
ucapan maupun perbuatan, sehingga bias kembali kepada Allah sebagai jiwa yang
damai dan diridhai-Nya.
3. Ta’lim
al-Amanah
Amanah adalah perilaku
yang tetap dalam jiwa yang dengannya seseorang menjaga diri dari apa-apa yang
bukan haknya walaupun terdapat kesempatan untuk melakukannya, tanpa merugikan
dirinya dihadapan orang lain.
4. Ta’lim
Muraqabah
Menurut imam al-Ghazali
Muraqabah adalah suatu mental untuk terus menerus dekat bersama Tuhan yang maha
mengawasi. Muraqabah terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Muraqabah
qablal amal, yaitu muraqabah sebelum berbuat atau melakukan sesuatu. Perhatikan
apa yang terlintas dalam hati ketika hendak melakukan sesuatu, apakah untuk Allah
semata ataukah berada didalam lingkaran hawa nafsu dan mengikuti setan. Jika
perbuatan dilakukan dengan hati kosong dan lalai maka gugur dan rusaklah
amalnya.
2. Muraqabah
ibdasy-syuru fi amal, yaitu muraqabah ketika melakukan sesuatu. Yaitu dengan
memperhatikan tata cara atau pelaksanaan perbuatan yang sedang dilakukan, yakni
dengan memenuhi hak-hak Allah di dalamnya, memeperbagus niat dan bentuknya
dengan sempurna mungkin baik dalam gerak maupun diamnya.
5. Taqwiyatul
Iradah
Iradah (kemauan)
merupakan tanda kekuatan bagi seseorang bahkan jembatan antara impian dengan
realita adalah kemauan.
6. Ta’lim
as-Shabr
Sabar artinya menahan
dan mengendalikan diri agar tidak “dijajah” hawa nafsu dan emosi, menahan diri
dari keinginan-keinginan jasadi yang bisa membatalkan puasa. Orang yang sabar
tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi
juga teguh pendirian (istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran dan selalu
dinamis dan optimis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna. Kesabaran
sangat erat dengan ketahanan mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu
menuntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang tangguh.
7. Ta’lim
Nidzam wal Indlibat
Ibadah bulan ramadhan
memberikan pendidikan tentang kedisiplinan dan ketertiban dalam hidup baik
disiplin dalam memenuhi kebutuhan ruhani maupun kebutuhan jasadi, disiplin
waktu, tempat dan sasaran, sehingga terjadi keteraturan dan keseimbangan dalam
hidup (QS. 28:77)
8. Taqwiyatu
as-Shihah
Ramadhan adalah bulan
yang menyehatkan fisik dan jiwa. Karena pada bulan tersebut setiap mukmin
dianjurkan untuk menahan diri dari kerakusan, keserakahan, dari marah, gelisah,
hasud, dengki, dan hal-hal yang merusak kesehatan jiwa yang berdampak pada
kesehatan fisik, hendaknya bersikap lapang dada dan memaafkan, menahan amarah,
lemah lembut dan toleran, mengingat Allah, konsisten dan berdoa.
9. Pendidikan
Tentang Solidaritas Sesama
Ramadhan merupakan
bulan solidaritas antar sesama. Puasa mendidik kaum muslim memberi tanpa
pamrih, sebab pamrih itu hanya akan menghilangkan nilai derma sekaligus
menyuburkan penyakit riya.
Budaya
Literasi dan Produktivitas Ramadhan
Bulan ramadhan
adalah bulan diturunkannya al-Qur’an yang mulia (QS. 2: 185) atau disebut
Nuzulul Qur’an yang diturunkan pada malam lailatul qadar. Menurut ulama
muta’akhirin Nuzulul Qur’an artinya menzhahirkan, menjelaskan, menampakkan
ataupun mengeluarkan al-Qur’an dari alam ghaib ke alam nyata.
Kemenangan besar terjadi pada bulan
ramadhan, yaitu:
1. Ramadhan
tahun pertama hijrah (Maret 623M) Rasul mengutus Hamzah disertai 30
Muhajirin ke Saif al-Bahr untuk misi
dakwah.
2. Awal
shaum yang bertepatan dengan awal disyari’atkannya shaum Ramadhan tahun 2H,
kaum muslimin di utus untuk mengambil harta miliknya yang dijual oleh kafilah
Abu Sufyan. Dengan demikian aktifitas ekonomi dan menuntut hak tetap
dijalankan.
3. Tanggal
17 ramadhan tahun 2 H terjadi perang badar, yang kemengan gemilang diraih kaum
muslimin mengalahkan kaum musyirikin.
4. Tanggal
10 ramadhan tahun 8 H, terjadi futuh mekah, membebaskan masyarakat mekah dari
cengkraman jahiliyah.
5. Tahun
8 H dilakukan penghancuran berhala yang ada di ka’bah, sebagai lambang
kemenangan gemilang bagi kaum muslimin.
6. Akhir
ramadhan tahun 8 H Khalid bin al-Walid menaklukan penguasa Nakhlah dan
membebaskan rakyatnya dari kekejaman penguasa serta menghancurkan berhala
terbesar yang bernama Uzza.
7. Ramadhan
tahun 9 H terjadi perang tabuk. Pemerintahan romawi mengerahkan 100.000 tentara
Byzantium dilawan 30 pasukan muslim. Kaum muslimin meraih kemenangan tampa
pertumpahan darah dan dapat membebaskan rakyat tabuk dari kekejaman kaisar
romawi timur.
8. Ramadhan
tahun 9 H, kota Tha’if dapat ditaklukan, penduduknya dapat dibebaskan dari
kekejaman penguasanya, dan masyarakatnya masuk islam, serta berhala Latta
dihancurkan.
9. Ramadhan
tahun 10 H tersebarnya islam ke jazirah Araab lainnya, Negeri Yaman dikuasai
islam.
Tradisi
kemenangan revolusi pada bulan ramadhan juga Allah berikan kepada bangsa
Indonesia yang merdeka pada hari Jum’at, tanggal 8 Ramadhan 1364 H betepatan
dengan 17 Agustus 1945.
Revolusi Sosial
Ketika bulan ramadhan tiba,
perilaku masyarakat berubah total. Yaitu meningkatnya aktifitas berikut:
1. Mengingat
Allah
2. Mengunjungi
Masjid untuk shalat berjamaah
3. Membersihkan
hati
4. Membaca
Al-Qur’an
5. Memperhatikan
tetangga yang kurang mampu dan sebagainya.
Ramadhan terasa indah sebagaimana
sabda Rasul:
“jika awal ramadhan tiba maka
setan-setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu
pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surge dibuka, dan tidak satu pintu
pun yang ditutup. Lalu ada seruan ; wahai orang yang menginginkan kebaikan,
datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malah
Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka.” (HR Tirmidzi)
Disepuluh hari
akhir bulan ramadhan, dilaksanakan program I’tikaf yang didalam nya meliputi
sholat malam, wirid, doa, tadarus Al-Qur’an dan taklim hidangan ramadhan. Puasa
pada bulan ramadhan mendorong kita untuk bershodakoh. Rasulullah Saw pernah
berkata “sedekah yang paling mulia yaitu sedekah dibulan ramadhan”. (HR
Tirmidzi)
Sebagian umat
islam yang kaya menghitung zakat dari usahanya pada bulan Ramadhan karena akhir
tahun pada kalender islam adalah bulan Dzul Hijjah. Dengan demikian, sebagian
muzakky telah memilih dengan sengaja untuk membayar zakat mal pada bulan
ramadhan. Pada bulan ramadhan seorang
muslim diwajibkan membayar zakat fitrah. Pada umumnya zakat fitrah ditunaikan
oleh masyarakat muslim di Indonesia pada akhir bulan Ramadhan dengan tujuan
mensucikan orang-orang yang berpuasa dari perkataan dan perbuatan cabul,
sekaligus memberi makanan bagi oranng-orang miskin. Zakat fitrah diwajibkan
kepada semua individu muslim tanpa perbedaan. Baik hamba sahaya atau merdeka,
laki-laki maupun perempuan, anak kecil atau dewasa, kaya maupun miskin. Dengan
demikian zakat fitrah menjadi gerakan berbagi yang luar biasa meskipun dibayar
dengan jumlah hanya 2,5 kg bahan pokok.
Pada bulan
ramadhan, masjid-masjid ramai dengan ulama untuk dapat memperbaiki urusan agama
dan dunia, belajar agama dan belajar lebih intensif. Melaksanakan ibadah puasa,
shalat sunnah, tarawih, tadarus Al-Qur’an, I’tikaf, lailatul qadar, zakat,
shadaqah, dzikir, dan ibadah-ibadah lainnya. Momentum ramadhan yang semangatnya
sudah dinyalakan sejak rajab dan sya’ban harus kita gunakan untuk memperbaharui
kesadaran iman kita dalam aksi nyata, yakni menyinergikan kekuatan puasa,
shalat dan zakat. Menyinergikan kesalehan individu dengan kesalehan social.
Dengan demikian, insya Allah, kita memperoleh kemenangan. Menang melawan nafsu,
mengapuskan kebodohan, dan membebaskan dunia dari kemiskinan dan
keterbelakangan.
SUMBER:
Fadlullah, S.Ag,
M.Si. 2013. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Hartono Media Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar