1.
Ontologi
Ontologi
adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal yang berkenaan
dengan segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya esensinya. Dalam
dictionary of philosophy, James K. Frebleman mengatakan bahwa ontologi adalah
“The Theory of Being Qua Being” teori tentang keberadaan sebagai keberadaan.
Menurut Aristoteles, ontologi adalah The First of Philosophy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda. Dari sekian definisi dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah
salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan
hakikat-hakikat semua yang ada, baik abstrak maupun riil.
Ontologi
merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis, seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum dapat membedakan antara
penampakan dan kenyataan.
Hakekat
kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang,
yaitu:
a.
Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan itu tunggal atau jamak.
b.
Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun
yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dikatakan sebagai ilmu
yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran
dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan
ontologi adalah:
1)
yang-ada (being)
2)
kenyataan/realitas (reality)
3)
eksistensi (existence)
4)
esensi (essence)
5)
substansi (substance)
6)
perubahan (change)
7)
tunggal (one)
8)
jamak (many)
Menurut
Suriasumantri (1985), ontologi
membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah
ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti:
a.
Apakah obyek
ilmu yang akan ditelaah
b.
Bagaimana
wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c.
Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Ontologi berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya
antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik, dan sebagainya).
2.
Epistemologi
Epistemologi
(dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter, dan jenis
pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang apa itu pengetahuan,
bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan
keyakinan.
Menurut
Donny Gahral, epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji hakikat
pengetahuan, khususnya 4 pokok persoalan pengetahuan, seperti keabsahan,
struktur, batas, dan sumber. Pengetahuan yang dikaji dalam epistemologi adalah
pengetahuan dalam arti seluas-luasnya, termasuk pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari. Epistemologi juga merupakan dasar dari filsafat ilmu pengetahuan
dalam membagi pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan
sehari-hari, serta menentukan cara kerja yang tepat untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah.
Epistemologi
membahas tentang pengetahuan yang akan didapat manusia sesuai dengan
kebutuhannya. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca
indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode deduktif,
metode positivisme, metode kontemplatis, dan metode dialektis. Berdasarkan
epistemologi, manusia akan mencari tahu tentang apa saja batas-batas
pengetahuan, bagaimana struktur pengetahuan, bagaimana keabsahannya, dan dari
mana sumbernya. Pada dasarnya, manusia selalu ingin tahu tentang sesuatu dan ia
akan mencari tahunya , sehingga dengan demikian pengetahuannya akan bertambah.
3.
Aksiologi
Aksiologi
berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian, aksiologi
adalah “teori tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Menurut John
Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau
suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Sistem mempunyai rancangan
bagaimana tatanan, rancangan, dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian
terhadap satu institusi dapat terwujud.
Aksiologi
mengkaji tentang norma dan nilai dalam kehidupan manusia, berkaitan dengan
“yang baik” dan “yang buruk”, juga tentang ukuran norma atau nilai apa saja
yang mendasarinya.
Nilai merupakan
sesuatu yang baik, diinginkan, dan dicita-citakan. Sedangkan norma adalah
pedoman dan aturan berperilaku dengan sanksi-sanksi yang dapat menuntut
seseorang, kelompok, dan masyarakat untuk mencapai dan mewujudkan suatu nilai.
Nilai-nilai dalam hidup manusia memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:
a.
Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah
b.
Nilai berfungsi sebagai benteng perlindungan
c.
Nilai berfungsi sebagai motivator
Menurut
penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa tema besar dalam ilmu filsafat,
meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membahas
tentang keberadaan sesuatu yang konkret dan nyata, epistemologi membahas
tentang pengetahuan yang dimiliki manusia berdasarkan kebutuhannya, dan aksiologi membahas
tentang nilai dan norma, tentang yang baik dan yang buruk yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
SUMBER
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar