Setiap
yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah
mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah
menghalalkan sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup
manusia di bumi ini.
Berikut
cerita tentang haramnya anjing:
Pada
masa pra penciptaan Adam, Allah memerintahkan empat malaikat Muqarrabuun, yaitu
Jibril, Mikail, Izrail dan Israfil, untuk mengumpulkan empat unsur fisik bahan
penciptaan alam material/alam mulk (tanah, api, air dan udara) dari
tempat-tempat tersuci untuk dijadikan sebagai Adam as. Lalu Allah membentuk
‘adonan’ jasad Adam dalam posisi terlentang, masih berbentuk tanah. Pada saat
ini, karena belum ditiupkan ruh kepadanya, adonan berbentuk manusia ini belum
hidup.
Pada
masa ini, sebagaimana Adam adalah ‘prototipe’ manusia, semua hewan dan tumbuhan
sudah ada ‘prototipe’nya pula di surga. Melihat adonan tanah itu, Iblis membaca
rencana Allah untuk menciptakan manusia. Dia demikian cemburu, dan didatangilah
adonan tanah ini, dan iblis meludah kepadanya. Ludah iblis ini jatuh pada titik
di mana ada pusar kita sakarang.
Karena
hal ini, maka marahlah Allah (belum sampai murka, murka-Nya ketika iblis
menolak untuk sujud sehingga iblis dikutuk) kepada Iblis, dan diusir-Nya iblis
dari ‘wilayah surga’, dan iblis tertahan di muka gerbang surga. Lalu dia
mencari akal, bagaimana untuk memasuki surga kembali. Karenanya iblis, dalam
rencananya, harus menghasut kuda. Ia menghasut raja burung di surga pada saat
itu (berbentuk seperti merak, tapi jauh lebih indah), minta diselundupkan ke
dalam surga.
Raja
burung itu memanggil hewan terindah di surga saat itu, yaitu Ular. Ketika itu,
ular masih hewan yang sangat indah dan memiliki empat kaki. Ular menyediakan
mulutnya kepada iblis, dan masuklah ular kembali ke surga dengan iblis di dalam
mulutnya, membawa iblis menemui kuda. Iblis menghasut kuda dengan
mengatakan,“Jika makhluk itu (Adam) tercipta, maka hingga akhir zaman
keturunannya akan menduduki punggung keturunanmu.”
Kuda
sangat marah mendengar hal ini, dan larilah ia ke adonan tanah Adam tadi, untuk
menginjak-injaknya. Tapi pada saat kuda mendekat, Allah mengambil secuil tanah,
pada bagian terkena ludah iblis tadi, dan dari tanah yang terkena ludah iblis
tadi dijadikanlah seekor anjing.
Anjing
inilah mengusir kuda, dan ia, sesuai perintah Allah, menjaga adonan tanah Adam
sampai dihidupkan-Nya. Dari sini bisa dipahami, kenapa anjing adalah hewan yang
paling setia kepada manusia: karena ia tercipta dari ‘adonan tanah’ yang sama
dengan Adam a.s tetapi anjing sudah tercampur dengan ludah iblis.
Ini
awal mula air liur anjing menjadi diharamkan. Demikian pula, ular ‘dikutuk’
membawa mulut yang beracun, karena menyediakan mulutnya sebagai tempat iblis
menyelundup. Ia pun dikutuk dengan dibuang keempat kakinya menjdi melata dan
lambat,dan dihilangkan predikatnya sebagai hewan terindah di surga yang pernah
diciptakan Allah. Wallahu a'lam
Sumber
Referensi : Tafsir al-Jalalain (bahasa Arab: تفسير الجلالين Tafsīr al-Jalālayn,
arti harfiah: "tafsir dua Jalal") adalah sebuah kitab tafsir
al-Qur'an terkenal, yang awalnya disusun oleh Jalaludin al-Mahalli pada tahun
1459, dan kemudian dilanjutkan oleh muridnya Jalaluddin as-Suyuthi pada tahun
1505. Kitab tafsir ini umumnya dianggap sebagai kitab tafsir klasik & bisa
dibaca juga disni. Tafsir Al- Khozin – Tafsir Al- Baghowi (I-1/48).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar