Seperti telah diketahui IPA
seharusnya dibelajarkan secara inquiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir aspek kognitif, bekerja dan bersikap ilmiah aspek psikomotor dan
sikap, serta keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran IPA di SD menekankan
pemberian pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada modul ini akan di bahas tentang
beberapa pendekatan. Sebagai seorang guru, kita di tuntut agar dapat memberi
pendekatan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Kita harus memahami tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
Cara untuk meningkatkan kepekaan
mengenai pemilihan pendekatan yang di anggap paling tepat antara lain dengan
memperhatikan ketentuan dari kurikulum yang di gunakan, belajar dari buku,
diskusi dengan teman seksama guru, berikut adalah beberapa pendekatan yang
dapat di gunakan dalam pembelajaran IPA.
1.
Pendekatan Lingkungan
Pendidikan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara
pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan
lingkungan secara bijaksana dengan memahami faktor politis, ekonomis,
sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan
lingkungan tersebut. Kebiasaan siswa tersebut dibangun melalui pemahaman siswa
terhadap lingkungan itu sendiri.
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendaya
gunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan
pembelajaran akan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari
lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan
berfaedah bagi lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di
sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk
pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat
memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat
penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses
pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses
belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya
sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan, dan menanamkan sikap cinta
lingkungan. Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan prilaku peduli
dan mencintai lingkungan untuk mengembangkan meneliti lingkungan.
2.
Pendekatan
Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan.
Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan
permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan,
masyarakat merupakan lingkungan manusia tempat terjadinya kegiatan IPA,
kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi.
Pendekatan sains teknologi masyarakat
merupakan cara pandang bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui
interaksi pribadi antara pengalaman dengan pengetahuannya. Pemerolehan
pengetahuan dilakukan oleh siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dengan
pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip
sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran
untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk
teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk
kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang
memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan
pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan
perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa
dengan memperhatikan keragaman siswa. Langkah dasar yang dapat di terapkan
adalah :
1. Curah pendapat tentang suatu
isu/topic
2. Mendefinisikan pertanyaan/fenomena
tertentu
3. Curah pendapat tentang sumber
informasi
4. Menggunakan sumber untuk mendapatkan
informasi
5. Melakukan analisis, sintesis,
evaluasi dan emnciptakan sesuatu
6. Melakukan tindakan nyata ( Lutz,
1996 dalam Herawati Susilo, 1998).
3.
Pendekatan Faktual
Menurut Funk dkk.(1979), Pendekatan faktual adalah suatu
cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana
pada akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal
penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran
tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta
dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
Metode yang paling efisien untuk menindaklanjuti pendkatan
ini adalah dengan membaca ,menyampaiakan pendapat ahli pada
buku,demonstrasi,lathan dan memberikan tes. Biasanya siswa tidak dapat
mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama.Apabila hanya memberikan
pembelajaran tentang fakta maka siswa akan mendapatkan kesan bahwa IPA hanya
berupa katalog dari sekumpulan insformasi.Siswa tidak mendapatkan sajian
tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebeneranya lebih menarik
dan menyenangkan .
4.
Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep
adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa
memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok
orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi
prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami
perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan
konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Agar dapat memahami suatu konsep, suatu
pembelajaran memerlukan objek yang konkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan
melakukan manipulasi atau pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan
konseptual menyajikan ilustrasi yang lebih konkret daripada pendekatan faktual.
Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta ke dalam
suatu model atau penjelasan tentang sifat alam semesta. Pendekatan ini
menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang
proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret,
berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau
tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks
memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung
media atau sarana yang tepat. Contoh: Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”,
maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar
bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan
pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret dengan
fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan
dari beberapa hal, antara lain:
a) Memperkenalkan benda-benda yang
semula tak bernama menjadi bernama.
b) Memperkenalkan unsur benda, sehingga
memberi kemungkinan unsur lain. Contoh: Bunga-berbau (harum/tak harum),
Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
c) Menunjukkan ciri-ciri khusus pada
benda yang diperlihatkan.
d) Menunjukkan persetujuan dengan
membandingkan contoh dan bukan contoh.
5.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan
pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu
pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi suatu keadaan,
seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini
terpusat pada masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4.
Pendekatan ini bersifat mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6.
Pendekatan ini terpusat pada pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
Pemecahan masalah perlu dilakukan
identifikasi daya pendorong positif yang dapat digunakan identifikasi daya
pengahambat untuk dapat diminimalkan pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan
pemecahan masalah dapat diiterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu
perasalahan. Dengan merumuskan dan mendemonstrasikan penelesaian suau
masalah, kemudian meminta siswa menerapkan prisip pemecahan masalah tersebut
untuk memecahkan permasalahan yang serupa.
Keterampilan memecahakan masalah merupakan keterampilan
dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan
permaalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki
kemampuan tinggi, tanggap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya dan
memiliki kreativitas.
6.
Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan
menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat
universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang
terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/ daerah. Pendekatan ini
menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang diharapkan yang
terkait produk dan proses tersebut, namun tidak secara langsung tentang proses bagaimana
produk tersebut dihasilkan.
7.
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana
guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang
dipakai oleh ilmuwan. Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui
serangkaian kegiatan intelektual. Kegiatan yang dilakukan adalah merancang,
mendiskusikan, membuat hipotes, menganalisis, menafsirkan hasil untuk
mendapatkan konsep umum yang dipelajari. Dengan demikian, disusun teori atau
pengertian untuk diuji melalui analisis rasional, penggalian sehingga
mendapatkan suatu penemuan, atau dengan eksperimen. Sehingga anak dapat melakukan
eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri
jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pendekatan ini untuk mengembangkan
sifat ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan
proses.
Esler dan esler (1984) menggambarkan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikategorikan menggunakan pendekatan inkuiri apabila
siswa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk
mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari
jawaban atau generalisai yang original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan
rasa ingin tahu siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang
memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret
bagi siswa, membantu siswa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegitan IPA).
Tiga kategori
pada pendekatan inkuiri, yaitu :
1.
Rasional, yaitu mengarahkan siswa untuk membuat suatu
generalisasi dengan menggunakan rasional. Pada umumnya memberi pertanyaan dan
penguatan terhadap jawaban yang diberikan siswa sampai suatu generalisasi yang
diinginkan tercapai.
2.
Discovery (penemuan), untuk mengembangkan keterampilan
memasang dan merancang alat serta keterampilan mengobservasi; bukan untuk untuk
menemukan generalisasi secara ilmiah.
3.
Eksperimen, suatu prosedur membuat pernyataan yang
dianggap benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut.
Perencanaan untuk menguji pernyataan atau menjawab pertanyaan didiskusikan dan
diputuskan sebelum menggunakan bahan-bahan.
Adapun
tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
a) Meningkatkan keterlibatan peserta
didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b) Mengurangi ketergantungan peserta
didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
c) Melatih peserta didik menggali dan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya.
d) Memberi pengalaman belajar seumur
hidu
Secara operasional pendekatan
inkuiri mempunyai karakteristik:
1. Diawali dengan pengamatan dan
berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
2. Membuat pertanyaan atau menentukan
masalah dari hasil pengamatan.
3. Suatu masalah ditemukan lalu
dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh
murid.
4. Proses pembelajaran berpusat pada
pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah
kesimpulan ini”?
5. Jawaban-jawaban yang dicari tidak
diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk
yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk menentukan
jawaban bukan memberi jawaban.
6. Murid-murid bersemangat sekali untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
7. Murid-murid mengusulkan cara-cara
pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, membaca, dan
menggunakan sumber-sumber lain.
8. Semua usul dinilai bersama, bila
mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.
9. Murid-murid melakukan penelitian
secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menguji hipotesa.
10. Murid mengolah data, membuat
kesimpulan, memberikan penjelasan.
11. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan
berpikir kritis.
8.
Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan keterampilan proses
adalah cara mengerjakan IPA dengan mengajarkan berbagai keterampilan proses
yang biasa digunakan para ilmuwan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil
IPA. Pendekatan
keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan
keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar
paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka
menghadapi pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa
dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Pendekatan
keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh
karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang
logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum
melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau
mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali
konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan
demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan
keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang
belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi
paham dan mengerti permasalahannya. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengobservasi, mengukur, menentukan
variable, memformulasi
hipotesis, mengamati, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan atau
penelitian.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat
sepuluh keterampilan proses yaitu :
1. Kemampuan mengamati, merupakan salah
satu keterampilan dengan memanfaatkan
seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang
diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga
berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan
hasilnya.
2. Kemampuan menghitung
3. Kemampuan mengukur
4. Kemampuan mengklasifikasi merupakan
kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta,
informasi, dan gagasan.
5. Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta,
informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel
untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
6. Kemampuan
Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan
membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori
penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
suatu kejadian atau pengamatan tertentu
7. Kemampuan
Melaksanakan Penelitian (Percobaan). Penelitian (percobaan)
merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan
eksperimen praktis.
8. Kemampuan Mengumpulkan dan
Menganalisis Data. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data
dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
9. Kemampuan menginterpretasikan data. Siswa perlu menginterpretasikan
hasil yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
9.
Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengajarkan IPA dengan
menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang
perkembangan temuan-temuan tersebut dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang umum
digunakan untuk pendekatan ini adalah dngan membaca buku teks atau menjelaskan. Siswa diajak untuk membaca atau
mendengarkan informasi tmuan-temuan IPA bukan untuk melakukan sesuatu kegiatan.
Seperti halnya
pendekatan faktuan dan pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan
penyampaianproduk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan prses temuan
tersebut.
SUMBER:
Sutarno,
Nano. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA
di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Amalia
Sapriati, dkk. (2014). Pembelajaran IPA
di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rusman.
2012. Model-Model Pembelajaran.
Depok: PT Raja Grafindo Persada
Seperti telah diketahui IPA
seharusnya dibelajarkan secara inquiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir aspek kognitif, bekerja dan bersikap ilmiah aspek psikomotor dan
sikap, serta keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran IPA di SD menekankan
pemberian pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada modul ini akan di bahas tentang
beberapa pendekatan. Sebagai seorang guru, kita di tuntut agar dapat memberi
pendekatan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Kita harus memahami tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
Cara untuk meningkatkan kepekaan
mengenai pemilihan pendekatan yang di anggap paling tepat antara lain dengan
memperhatikan ketentuan dari kurikulum yang di gunakan, belajar dari buku,
diskusi dengan teman seksama guru, berikut adalah beberapa pendekatan yang
dapat di gunakan dalam pembelajaran IPA.
1.
Pendekatan Lingkungan
Pendidikan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara
pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan
lingkungan secara bijaksana dengan memahami faktor politis, ekonomis,
sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan
lingkungan tersebut. Kebiasaan siswa tersebut dibangun melalui pemahaman siswa
terhadap lingkungan itu sendiri.
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendaya
gunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan
pembelajaran akan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari
lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan
berfaedah bagi lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di
sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk
pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat
memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat
penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses
pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses
belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya
sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan, dan menanamkan sikap cinta
lingkungan. Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan prilaku peduli
dan mencintai lingkungan untuk mengembangkan meneliti lingkungan.
2.
Pendekatan
Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan.
Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan
permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan,
masyarakat merupakan lingkungan manusia tempat terjadinya kegiatan IPA,
kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi.
Pendekatan sains teknologi masyarakat
merupakan cara pandang bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui
interaksi pribadi antara pengalaman dengan pengetahuannya. Pemerolehan
pengetahuan dilakukan oleh siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dengan
pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip
sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran
untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk
teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk
kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang
memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan
pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan
perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa
dengan memperhatikan keragaman siswa. Langkah dasar yang dapat di terapkan
adalah :
1. Curah pendapat tentang suatu
isu/topic
2. Mendefinisikan pertanyaan/fenomena
tertentu
3. Curah pendapat tentang sumber
informasi
4. Menggunakan sumber untuk mendapatkan
informasi
5. Melakukan analisis, sintesis,
evaluasi dan emnciptakan sesuatu
6. Melakukan tindakan nyata ( Lutz,
1996 dalam Herawati Susilo, 1998).
3.
Pendekatan Faktual
Menurut Funk dkk.(1979), Pendekatan faktual adalah suatu
cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana
pada akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal
penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran
tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta
dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
Metode yang paling efisien untuk menindaklanjuti pendkatan
ini adalah dengan membaca ,menyampaiakan pendapat ahli pada
buku,demonstrasi,lathan dan memberikan tes. Biasanya siswa tidak dapat
mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama.Apabila hanya memberikan
pembelajaran tentang fakta maka siswa akan mendapatkan kesan bahwa IPA hanya
berupa katalog dari sekumpulan insformasi.Siswa tidak mendapatkan sajian
tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebeneranya lebih menarik
dan menyenangkan .
4.
Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep
adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa
memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok
orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi
prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami
perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan
konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Agar dapat memahami suatu konsep, suatu
pembelajaran memerlukan objek yang konkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan
melakukan manipulasi atau pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan
konseptual menyajikan ilustrasi yang lebih konkret daripada pendekatan faktual.
Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta ke dalam
suatu model atau penjelasan tentang sifat alam semesta. Pendekatan ini
menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang
proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret,
berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau
tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks
memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung
media atau sarana yang tepat. Contoh: Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”,
maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar
bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan
pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret dengan
fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan
dari beberapa hal, antara lain:
a) Memperkenalkan benda-benda yang
semula tak bernama menjadi bernama.
b) Memperkenalkan unsur benda, sehingga
memberi kemungkinan unsur lain. Contoh: Bunga-berbau (harum/tak harum),
Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
c) Menunjukkan ciri-ciri khusus pada
benda yang diperlihatkan.
d) Menunjukkan persetujuan dengan
membandingkan contoh dan bukan contoh.
5.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan
pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu
pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi suatu keadaan,
seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini
terpusat pada masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4.
Pendekatan ini bersifat mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6.
Pendekatan ini terpusat pada pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
Pemecahan masalah perlu dilakukan
identifikasi daya pendorong positif yang dapat digunakan identifikasi daya
pengahambat untuk dapat diminimalkan pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan
pemecahan masalah dapat diiterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu
perasalahan. Dengan merumuskan dan mendemonstrasikan penelesaian suau
masalah, kemudian meminta siswa menerapkan prisip pemecahan masalah tersebut
untuk memecahkan permasalahan yang serupa.
Keterampilan memecahakan masalah merupakan keterampilan
dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan
permaalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki
kemampuan tinggi, tanggap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya dan
memiliki kreativitas.
6.
Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan
menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat
universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang
terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/ daerah. Pendekatan ini
menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang diharapkan yang
terkait produk dan proses tersebut, namun tidak secara langsung tentang proses bagaimana
produk tersebut dihasilkan.
7.
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana
guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang
dipakai oleh ilmuwan. Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui
serangkaian kegiatan intelektual. Kegiatan yang dilakukan adalah merancang,
mendiskusikan, membuat hipotes, menganalisis, menafsirkan hasil untuk
mendapatkan konsep umum yang dipelajari. Dengan demikian, disusun teori atau
pengertian untuk diuji melalui analisis rasional, penggalian sehingga
mendapatkan suatu penemuan, atau dengan eksperimen. Sehingga anak dapat melakukan
eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri
jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pendekatan ini untuk mengembangkan
sifat ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan
proses.
Esler dan esler (1984) menggambarkan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikategorikan menggunakan pendekatan inkuiri apabila
siswa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk
mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari
jawaban atau generalisai yang original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan
rasa ingin tahu siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang
memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret
bagi siswa, membantu siswa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegitan IPA).
Tiga kategori
pada pendekatan inkuiri, yaitu :
1.
Rasional, yaitu mengarahkan siswa untuk membuat suatu
generalisasi dengan menggunakan rasional. Pada umumnya memberi pertanyaan dan
penguatan terhadap jawaban yang diberikan siswa sampai suatu generalisasi yang
diinginkan tercapai.
2.
Discovery (penemuan), untuk mengembangkan keterampilan
memasang dan merancang alat serta keterampilan mengobservasi; bukan untuk untuk
menemukan generalisasi secara ilmiah.
3.
Eksperimen, suatu prosedur membuat pernyataan yang
dianggap benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut.
Perencanaan untuk menguji pernyataan atau menjawab pertanyaan didiskusikan dan
diputuskan sebelum menggunakan bahan-bahan.
Adapun
tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
a) Meningkatkan keterlibatan peserta
didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b) Mengurangi ketergantungan peserta
didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
c) Melatih peserta didik menggali dan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya.
d) Memberi pengalaman belajar seumur
hidu
Secara operasional pendekatan
inkuiri mempunyai karakteristik:
1. Diawali dengan pengamatan dan
berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
2. Membuat pertanyaan atau menentukan
masalah dari hasil pengamatan.
3. Suatu masalah ditemukan lalu
dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh
murid.
4. Proses pembelajaran berpusat pada
pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah
kesimpulan ini”?
5. Jawaban-jawaban yang dicari tidak
diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk
yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk menentukan
jawaban bukan memberi jawaban.
6. Murid-murid bersemangat sekali untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
7. Murid-murid mengusulkan cara-cara
pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, membaca, dan
menggunakan sumber-sumber lain.
8. Semua usul dinilai bersama, bila
mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.
9. Murid-murid melakukan penelitian
secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menguji hipotesa.
10. Murid mengolah data, membuat
kesimpulan, memberikan penjelasan.
11. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan
berpikir kritis.
8.
Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan keterampilan proses
adalah cara mengerjakan IPA dengan mengajarkan berbagai keterampilan proses
yang biasa digunakan para ilmuwan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil
IPA. Pendekatan
keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan
keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar
paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka
menghadapi pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa
dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Pendekatan
keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh
karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang
logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum
melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau
mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali
konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan
demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan
keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang
belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi
paham dan mengerti permasalahannya. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengobservasi, mengukur, menentukan
variable, memformulasi
hipotesis, mengamati, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan atau
penelitian.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat
sepuluh keterampilan proses yaitu :
1. Kemampuan mengamati, merupakan salah
satu keterampilan dengan memanfaatkan
seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang
diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga
berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan
hasilnya.
2. Kemampuan menghitung
3. Kemampuan mengukur
4. Kemampuan mengklasifikasi merupakan
kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta,
informasi, dan gagasan.
5. Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta,
informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel
untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
6. Kemampuan
Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan
membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori
penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
suatu kejadian atau pengamatan tertentu
7. Kemampuan
Melaksanakan Penelitian (Percobaan). Penelitian (percobaan)
merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan
eksperimen praktis.
8. Kemampuan Mengumpulkan dan
Menganalisis Data. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data
dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
9. Kemampuan menginterpretasikan data. Siswa perlu menginterpretasikan
hasil yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
9.
Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengajarkan IPA dengan
menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang
perkembangan temuan-temuan tersebut dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang umum
digunakan untuk pendekatan ini adalah dngan membaca buku teks atau menjelaskan. Siswa diajak untuk membaca atau
mendengarkan informasi tmuan-temuan IPA bukan untuk melakukan sesuatu kegiatan.
Seperti halnya
pendekatan faktuan dan pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan
penyampaianproduk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan prses temuan
tersebut.
SUMBER:
Sutarno,
Nano. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA
di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Amalia
Sapriati, dkk. (2014). Pembelajaran IPA
di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rusman.
2012. Model-Model Pembelajaran.
Depok: PT Raja Grafindo Persada
apa alasanmu menggunakan pendekan tersebut?
BalasHapus