Jumat, 30 Desember 2016

Jenis Pendekatan Pembelajaran IPA

Seperti telah diketahui IPA seharusnya dibelajarkan secara inquiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir aspek kognitif, bekerja dan bersikap ilmiah aspek psikomotor dan sikap, serta keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran IPA di SD menekankan pemberian pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada modul ini akan di bahas tentang beberapa pendekatan. Sebagai seorang guru, kita di tuntut agar dapat memberi pendekatan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.  Kita harus memahami tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
Cara untuk meningkatkan kepekaan mengenai pemilihan pendekatan yang di anggap paling tepat antara lain dengan memperhatikan ketentuan dari kurikulum yang di gunakan, belajar dari buku, diskusi dengan teman seksama guru, berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat di gunakan dalam pembelajaran IPA.
1.      Pendekatan Lingkungan
Pendidikan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami faktor politis, ekonomis, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut. Kebiasaan siswa tersebut dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendaya gunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan, dan menanamkan sikap cinta lingkungan. Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan prilaku peduli dan mencintai lingkungan untuk mengembangkan meneliti lingkungan.
2.      Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan. Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan, masyarakat merupakan lingkungan manusia tempat terjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi.
Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan cara pandang bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara pengalaman dengan pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan dilakukan oleh siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dengan pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains  untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan  pendekatan sains teknologi masyarakat  untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan memperhatikan keragaman siswa. Langkah dasar yang dapat di terapkan adalah :
1.      Curah pendapat tentang suatu isu/topic
2.      Mendefinisikan pertanyaan/fenomena tertentu
3.      Curah pendapat tentang sumber informasi
4.      Menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi
5.      Melakukan analisis, sintesis, evaluasi dan emnciptakan sesuatu
6.      Melakukan tindakan nyata ( Lutz, 1996 dalam Herawati Susilo, 1998).
3.      Pendekatan Faktual
Menurut Funk dkk.(1979), Pendekatan faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
Metode yang paling efisien untuk menindaklanjuti pendkatan ini adalah dengan membaca ,menyampaiakan pendapat ahli pada buku,demonstrasi,lathan dan memberikan tes. Biasanya siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama.Apabila hanya memberikan pembelajaran tentang fakta maka siswa akan mendapatkan kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan insformasi.Siswa tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebeneranya lebih menarik dan menyenangkan .
4.      Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang konkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi atau pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual menyajikan ilustrasi yang lebih konkret daripada pendekatan faktual. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta ke dalam suatu model atau penjelasan tentang sifat alam semesta. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh: Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
a)      Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
b)      Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh: Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
c)      Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
d)     Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh.
5.       Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini terpusat pada masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4. Pendekatan ini bersifat mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6. Pendekatan ini terpusat pada pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
      Pemecahan masalah perlu dilakukan identifikasi daya pendorong positif yang dapat digunakan identifikasi daya pengahambat untuk dapat diminimalkan pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan masalah dapat diiterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu perasalahan. Dengan merumuskan dan mendemonstrasikan penelesaian suau masalah, kemudian meminta siswa menerapkan prisip pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan permasalahan yang serupa.
Keterampilan memecahakan masalah merupakan keterampilan dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permaalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi, tanggap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya dan memiliki kreativitas.
6.       Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/ daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan proses tersebut, namun tidak secara langsung tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
7.      Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serangkaian kegiatan intelektual. Kegiatan yang dilakukan adalah merancang, mendiskusikan, membuat hipotes, menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang dipelajari. Dengan demikian, disusun teori atau pengertian untuk diuji melalui analisis rasional, penggalian sehingga mendapatkan suatu penemuan, atau dengan eksperimen. Sehingga anak dapat melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pendekatan ini untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan proses.
Esler dan esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan menggunakan pendekatan inkuiri apabila siswa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generalisai yang original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin tahu siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siswa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegitan IPA).
  Tiga kategori pada pendekatan inkuiri, yaitu :
1.      Rasional, yaitu mengarahkan siswa untuk membuat suatu generalisasi dengan menggunakan rasional. Pada umumnya memberi pertanyaan dan penguatan terhadap jawaban yang diberikan siswa sampai suatu generalisasi yang diinginkan tercapai.
2.      Discovery (penemuan), untuk mengembangkan keterampilan memasang dan merancang alat serta keterampilan mengobservasi; bukan untuk untuk menemukan generalisasi secara ilmiah.
3.      Eksperimen, suatu prosedur membuat pernyataan yang dianggap benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut. Perencanaan untuk menguji pernyataan atau menjawab pertanyaan didiskusikan dan diputuskan sebelum menggunakan bahan-bahan.
Adapun tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
a)      Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b)       Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
c)       Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya.
d)      Memberi pengalaman belajar seumur hidu
                 Secara operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:
1.      Diawali dengan pengamatan dan berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
2.      Membuat pertanyaan atau menentukan masalah dari hasil pengamatan.
3.      Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh murid.
4.      Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah kesimpulan ini”?
5.      Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk menentukan jawaban bukan memberi jawaban.
6.      Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
7.      Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.
8.      Semua usul dinilai bersama, bila mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.
9.      Murid-murid melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
10.  Murid mengolah data, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan.
11.  Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
8.      Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan keterampilan proses adalah cara mengerjakan IPA dengan mengajarkan berbagai keterampilan proses yang biasa digunakan para ilmuwan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengobservasi, mengukur, menentukan variable, memformulasi hipotesis, mengamati, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan atau penelitian.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu :
1.      Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan dengan  memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
2.      Kemampuan menghitung
3.      Kemampuan mengukur
4.      Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan.
5.      Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
6.      Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu
7.      Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan). Penelitian (percobaan) merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen praktis.
8.      Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
9.       Kemampuan menginterpretasikan data. Siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
9.      Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tersebut dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dngan membaca buku teks atau menjelaskan. Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi tmuan-temuan IPA bukan untuk melakukan sesuatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan faktuan dan pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaianproduk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan prses temuan tersebut.

SUMBER:
Sutarno, Nano. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Amalia Sapriati, dkk. (2014). Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada

 Seperti telah diketahui IPA seharusnya dibelajarkan secara inquiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir aspek kognitif, bekerja dan bersikap ilmiah aspek psikomotor dan sikap, serta keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran IPA di SD menekankan pemberian pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada modul ini akan di bahas tentang beberapa pendekatan. Sebagai seorang guru, kita di tuntut agar dapat memberi pendekatan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.  Kita harus memahami tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
Cara untuk meningkatkan kepekaan mengenai pemilihan pendekatan yang di anggap paling tepat antara lain dengan memperhatikan ketentuan dari kurikulum yang di gunakan, belajar dari buku, diskusi dengan teman seksama guru, berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat di gunakan dalam pembelajaran IPA.
1.      Pendekatan Lingkungan
Pendidikan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami faktor politis, ekonomis, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut. Kebiasaan siswa tersebut dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendaya gunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan, dan menanamkan sikap cinta lingkungan. Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan prilaku peduli dan mencintai lingkungan untuk mengembangkan meneliti lingkungan.
2.      Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan. Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan, masyarakat merupakan lingkungan manusia tempat terjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi.
Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan cara pandang bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara pengalaman dengan pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan dilakukan oleh siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dengan pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains  untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan  pendekatan sains teknologi masyarakat  untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan memperhatikan keragaman siswa. Langkah dasar yang dapat di terapkan adalah :
1.      Curah pendapat tentang suatu isu/topic
2.      Mendefinisikan pertanyaan/fenomena tertentu
3.      Curah pendapat tentang sumber informasi
4.      Menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi
5.      Melakukan analisis, sintesis, evaluasi dan emnciptakan sesuatu
6.      Melakukan tindakan nyata ( Lutz, 1996 dalam Herawati Susilo, 1998).
3.      Pendekatan Faktual
Menurut Funk dkk.(1979), Pendekatan faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
Metode yang paling efisien untuk menindaklanjuti pendkatan ini adalah dengan membaca ,menyampaiakan pendapat ahli pada buku,demonstrasi,lathan dan memberikan tes. Biasanya siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama.Apabila hanya memberikan pembelajaran tentang fakta maka siswa akan mendapatkan kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan insformasi.Siswa tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebeneranya lebih menarik dan menyenangkan .
4.      Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang konkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi atau pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual menyajikan ilustrasi yang lebih konkret daripada pendekatan faktual. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta ke dalam suatu model atau penjelasan tentang sifat alam semesta. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh: Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
a)      Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
b)      Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh: Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
c)      Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
d)     Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh.
5.       Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini terpusat pada masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4. Pendekatan ini bersifat mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6. Pendekatan ini terpusat pada pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
      Pemecahan masalah perlu dilakukan identifikasi daya pendorong positif yang dapat digunakan identifikasi daya pengahambat untuk dapat diminimalkan pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan masalah dapat diiterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu perasalahan. Dengan merumuskan dan mendemonstrasikan penelesaian suau masalah, kemudian meminta siswa menerapkan prisip pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan permasalahan yang serupa.
Keterampilan memecahakan masalah merupakan keterampilan dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permaalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi, tanggap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya dan memiliki kreativitas.
6.       Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/ daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan proses tersebut, namun tidak secara langsung tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
7.      Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serangkaian kegiatan intelektual. Kegiatan yang dilakukan adalah merancang, mendiskusikan, membuat hipotes, menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang dipelajari. Dengan demikian, disusun teori atau pengertian untuk diuji melalui analisis rasional, penggalian sehingga mendapatkan suatu penemuan, atau dengan eksperimen. Sehingga anak dapat melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pendekatan ini untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan proses.
Esler dan esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan menggunakan pendekatan inkuiri apabila siswa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generalisai yang original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin tahu siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siswa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegitan IPA).
  Tiga kategori pada pendekatan inkuiri, yaitu :
1.      Rasional, yaitu mengarahkan siswa untuk membuat suatu generalisasi dengan menggunakan rasional. Pada umumnya memberi pertanyaan dan penguatan terhadap jawaban yang diberikan siswa sampai suatu generalisasi yang diinginkan tercapai.
2.      Discovery (penemuan), untuk mengembangkan keterampilan memasang dan merancang alat serta keterampilan mengobservasi; bukan untuk untuk menemukan generalisasi secara ilmiah.
3.      Eksperimen, suatu prosedur membuat pernyataan yang dianggap benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut. Perencanaan untuk menguji pernyataan atau menjawab pertanyaan didiskusikan dan diputuskan sebelum menggunakan bahan-bahan.
Adapun tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
a)      Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b)       Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
c)       Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya.
d)      Memberi pengalaman belajar seumur hidu
                 Secara operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:
1.      Diawali dengan pengamatan dan berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
2.      Membuat pertanyaan atau menentukan masalah dari hasil pengamatan.
3.      Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh murid.
4.      Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah kesimpulan ini”?
5.      Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk menentukan jawaban bukan memberi jawaban.
6.      Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
7.      Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.
8.      Semua usul dinilai bersama, bila mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.
9.      Murid-murid melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
10.  Murid mengolah data, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan.
11.  Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
8.      Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan keterampilan proses adalah cara mengerjakan IPA dengan mengajarkan berbagai keterampilan proses yang biasa digunakan para ilmuwan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengobservasi, mengukur, menentukan variable, memformulasi hipotesis, mengamati, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan atau penelitian.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu :
1.      Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan dengan  memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
2.      Kemampuan menghitung
3.      Kemampuan mengukur
4.      Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan.
5.      Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
6.      Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu
7.      Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan). Penelitian (percobaan) merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen praktis.
8.      Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
9.       Kemampuan menginterpretasikan data. Siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
9.      Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tersebut dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dngan membaca buku teks atau menjelaskan. Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi tmuan-temuan IPA bukan untuk melakukan sesuatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan faktuan dan pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaianproduk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan prses temuan tersebut.

SUMBER:
Sutarno, Nano. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Amalia Sapriati, dkk. (2014). Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada

1 komentar: