Jumat, 30 Desember 2016

Model Pembelajaran IPS SD

Menurut Sarifudin (Wahab, Azis, 1990: 1) yang dimaksud dengan ‘model belajar mengajar’ adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang terorganisasikan secara sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian, model belajar-mengajar khususnya dapat diartikan sebagai satuan cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang harus dilakukan dalam mendekati sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai efektifitasnya, menurut kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan subjek ajarnya.
1.        Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok mempunyai  tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Dalam kelas kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok memiliki anggota yang sederajat tetapi heterogen, baik itu kemampuannya, jenis kelamin, suku/ras. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman.Tujuan dari model pembelajaran ini adalah:
1.        Memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
2.        Memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
3.        Memberikan siswa kesempatan untuk dapat bersosialisasi dengan teman-temannya.
Manfaat dari model pembelajaran ini antara lain dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, pembelajaran ini juga dapat mengembangkan solidaritas sosial pada diri siswa. Solidaritas sosial ini secara tidak langsung datang  pada diri siswa ketika ada teman yang lemah dibantu oleh temannya yang lebih mampu dalam menerima materi.
Model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah ketika melaksanakannya. Dibawah ini merupakan tabel langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan tugas
Guru mancari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


2.        Pembelajaran Model Diskusi Kelas
Model pembelajaran diskusi kelas merupakan situasi di mana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan pendapat mereka.[30]
Model diskusi kelas ini mempunyai arti suatu situasi di mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan. Pertanyaan yang diajukan guru untuk siswa harus dapat memancing siswa untuk mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi.
Model pembelajaran diskusi kelas memiliki beberapa tujuan, antara lain :
a.         Tujuan umum: Memperbaiki cara berpikir, keterampilan siswa dalam berkomunikasi, dan untuk meningkatkan keterlibatan siswa di dalam pelajaran
b.        Tujuan Khusus:
1.      Meningkatkan cara berpikir siswa dengan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran
2.      Menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
3.      Membantu siswa memahami dan menerapkan keterampilan komunikasi serta keterampilan berpikir.
Langkah-Langkah penyelenggaraan Model Diskusi
Tahap
Kegiatan Guru
1. Menyampaikan tujuan dan mengatur siswa
·      Menyampaikan pendahuluan, 
a.Motivasi
b.Menyampaikan tujuan dasar diskusi
c. Apersepsi
·      Menjelaskan tujuan diskusi
2. Mengarahkan diskusi
·      Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan
·      Modeling
3. Menyelenggarakan diskusi
·      Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri
·      Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi
·      Menerapkan waktu tunggu
·      Membimbing kegiatan siswa
4. Mengakhiri diskusi
Menutup diskusi
5. Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi
Membantu siswa membuuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab singkat 
3.        Model Pembelajaran Pusat Perhatian
Pembelajaran melalui pusat perhatian dirintis oleh Ovide Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan pembelajaran melalui pusat-pusat minat (Centres d’interet). Pendidikan menurut Decroly berdasar pada semboyan “Ecole pour la vie, par la vie” (sekolah untuk hidup dan oleh hidup).
Dalam model pembelajaran ini, anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri, kemudian pengetahuan tentang dunianya seperti lingkungannya dan tempat hidup di hari depannya. 
Model pembelajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai cara agar saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan berbagai variasi cara mengajar. Variasi ini dimaksudkan agar perhatian siswa selalu terpusat pada materi pembelajaran. Pemusatan perhatian siswa tidak hanya dilakukan ketika pembukaan pembelajaran, tetapi juga pada tiap pembahasan materi, sehingga tidak ada waktu yang disia-siakan.
4.        Model Pembelajaran Individual
Pembelajaran secara individual tampak pada perilaku atau kegiatan guru dalam mengajar yang menitikberaktak pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing siswa secara individual. Susunan suatu tujuan belajar yang di desain untuk belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan kebutuhan tiap siswa. Bentuk-bentuk belajar mandiri antara lain adalah: (1) self instruction semacam modul; (2) independent study; (3) individualized prescribed instruction; dan (4) self pacet learning.
Perilaku pembelajaran individual ini guru akan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada masing-masing individu siswa untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya. Kemudian ada kesempatan bagi masing-masing individu siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa, artinya setiap individu siswa memiliki paket belajar secara individual yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga. 
Posisi guru dalam model pembelajaran individual adalah membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Peran guru selanjutnya adalah sebagai penasehat atau pembimbing belajar, membantu siswa untuk mengadakan penilaian belajar dan kemajuan yang telah dicapainya.
5.        Model Pembelajaran Klasikal
Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien[36]. Pembelajaran secara klasikal ini memberi arti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu mengelola kelas dan mengelola kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut kemampuannya menggunakan teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai dengan kurikulum yang seragam, yang dinilai melalui ujian yang seragam pula.
Kegiatan belajar klasikal sifatnya cenderung menerima dan menghafal saja dan penyampaian materi pun dilakukan secara ceramah. Dalam mengikuti kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran dengan cara kelas harus sunyi dan siswa harus duduk manis di tempat masing-masing.  Oleh karena itu, belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, hanya sebagai sebagai penerima bahan ajaran. Upaya mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan lain-lain yang sesuai bagi para muridnya.
6.        Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Problem Based Instruction biasa diterjemahkan menjadi pembelajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran beradasar masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah. Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan apa yang menjadi perilaku siswa tetapi lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan tersebut.
Tahapan Pembelajaran Problem Based Instruction
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap I
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubric asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya siswa
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masa
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.
7.        Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
Saat ini, pembicaraan mengenai perubahan paradigma pendidikan menjadi suatu hal yang terus dibahas, baik yang menyangkut konten maupun pedagogik. Perubahan tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, dan penilaian yang komprehensif. Kemampuan reasoning and problem solvingmerupakan keterampilan yang saat ini harus dimiliki siswa, karena ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata mereka akan membutuhkan kemampuan tersebut.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: pemikiran dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Pemikiran dasar adalah kemampuan siswa untuk memahami konsep. Aktivitas problem solving diawali dengan mendatangkan masalah dalam pembelajaran dan akan berakhir jika sebuah solusi untuk penyelesaian masalah telah diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning. Oleh karena itu, model reasoning and problem solving tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena model ini saling melengkapi.
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:
1.        Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
2.        Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi).
3.        Menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan)
4.        Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi).
5.        Refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya peran guru sebagai transmiter pengetahuan, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah.
Efek  pembelajaran dalam model ini adalah pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin
8.        Model Pembelajaran Inkuiri
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara.
Langkah-langkah Inkuiri, yaitu:
1.        Langkah pertama, siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2.        Langkah kedua menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
3.        Langkah ketiga mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
4.        Langkah keempat pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
5.        Langkah kelima fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut.
6.        Langkah keenam kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980).
9.        Model Pembelajaran Role Playing
Role Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Makna penggunaan role playingdikemukakan George Shaftel (Djahiri, 1978: 109) antara lain:
untuk menghayati sesuatu/hal/kejadian sebenarnya dalam realitas kehidupan; 2) agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya; 3) untuk mempertajam indera dan perasaan siswa terhadap sesuatu; 4) sebagai penyaluran/pelepasan tensi (kelebihan energi psykhis) dan perasaan-perasaan; 5) sebagai alat diagnosa keadaan; 6) ke arah pembentukan konsep secara mandiri; 7) menggali peran-peran dari pada dalam suatu kehidupan/kejadian/keadaan; 8) menggali dan meneliti nilai-nilai (norma) dan peranan budaya dalam kehidupan; 9) membantu siswa dalam mengklarifikasikan (memperinci) pola berpikir, berbuat dan keterampilannya dalam membuat/ mengambil keputusan menurut caranya sendiri; 10) membina siswa dalam kemampuan memecahakan masalah.
Langkah-langkah Role Playing, yaitu:
No.
Urutan Langkah
Kegiatan dan Pelakunya
1.
Penjelasan umum
1.1. Mencari atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).
1.2. Memperjelas masalah/ topik tersebut (guru).
1.3. Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan sumbernya (guru & siswa).
1.4. Menjelaskan tujuan, makna dari role playing.
2.
Memilih para pelaku
2.1. Menganalisis peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa).
2.2. Memilih para pelakunya (dibantu guru).
3.
Menentukan Observer
3.1. Menentukan observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).
4.
Menentukan jalan cerita
4.1. gariskan jalan ceritanya.
4.2. tegaskan peran-peran yang ada didalamnya.
4.3. berikut gambaran situasi keadaan cerita tersebut (guru + siswa).
5.
Pelaksanaan (bermain)
5.1. Mulai melakonkan permainan tersebut
5.2. Menjaga agar setiap peran berjalan.
5.3. Jagalah agar babakan-babakan terlihat jelas.
No.
Urutan Langkah
Kegiatan dan Pelakunya
6.
Diskusi dan permainan
6.1. Telaah setiap peran, posisi, dan permainan.
6.2. diskusikan hal tersebut berikut saran perbaikannya.
6.3. Siapkan permainan ulangan.
7.
Permainan ulang dan diskusi serta penelaahan
7.1. Seperti sub 5 dan sub 6
8.
Mempertukarkan pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan
8.1. Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
8.2. Observer mengemukakan penilaian pendapatnya.
8.3. Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang sedang dipelajarinya.

10.    Model Pembelajaran Bermain Peta
Keterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial. Keterampilan menginterpretasi peta maupun globe perlu dilakukan peserta didik secara fungsional. Peta dan globe memberikan manfaat, yaitu: a) siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b) memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilah geografi seperti: pulau, selat, semnanjung, samudera, benua dan sebagainya; c) memahami peta dan globe, diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, siswa mengerti tentang cara menentukan tempat di bumi seperti arah mata angin, meridian, paralel, belahan timur dan barat; (b) skala, merupakan model atau gambar yang lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya; (c) lambang-lambang, merupakan simbo-simbol yang mudah dibaca tanpa ada keterangan lain; (d) warna, menggunakan berbagai warna untuk menyatakan hal-hal tertentu misalnya: laut, beda tinggi daratan, daerah, negara tertentu dsb.

1 komentar:

  1. Lucky Club | Live! Casino Site
    Lucky Club is a popular UK licensed online luckyclub.live casino and poker club offering high standards of fairness and good betting experience. Its games range from  Rating: 5 · ‎2 votes

    BalasHapus