Menurut Sarifudin (Wahab, Azis,
1990: 1) yang dimaksud dengan ‘model belajar mengajar’ adalah “kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang terorganisasikan secara sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para
guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Dengan demikian, model belajar-mengajar khususnya dapat diartikan sebagai satuan
cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang harus dilakukan dalam mendekati
sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai efektifitasnya, menurut
kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan subjek ajarnya.
1.
Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam belajar kooperatif
siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Dalam kelas kooperatif,
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok memiliki
anggota yang sederajat tetapi heterogen, baik itu kemampuannya, jenis kelamin,
suku/ras. Model pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan
teman.Tujuan dari model pembelajaran ini adalah:
1.
Memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
2.
Memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok.
3.
Memberikan siswa kesempatan untuk dapat
bersosialisasi dengan teman-temannya.
Manfaat dari model pembelajaran ini antara lain dapat
mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level
individual. Disamping itu, pembelajaran ini juga dapat mengembangkan
solidaritas sosial pada diri siswa. Solidaritas sosial ini secara tidak
langsung datang pada diri siswa ketika ada teman yang lemah dibantu oleh
temannya yang lebih mampu dalam menerima materi.
Model pembelajaran
kooperatif memiliki langkah-langkah ketika melaksanakannya. Dibawah ini
merupakan tabel langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
Fase
|
Perilaku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
Fase 2
Menyajikan
informasi
|
Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasi
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase 6
Memberikan tugas
|
Guru mancari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
|
2.
Pembelajaran Model Diskusi Kelas
Model pembelajaran
diskusi kelas merupakan situasi di mana guru dan para siswa, atau antara siswa
dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan
pendapat mereka.[30]
Model diskusi kelas ini
mempunyai arti suatu situasi di mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa
yang lain saling bertukar pendapat secara lisan. Pertanyaan yang diajukan guru
untuk siswa harus dapat memancing siswa untuk mencapai tingkat kognitif yang
lebih tinggi.
Model pembelajaran
diskusi kelas memiliki beberapa tujuan, antara lain :
a.
Tujuan umum: Memperbaiki cara berpikir,
keterampilan siswa dalam berkomunikasi, dan untuk meningkatkan keterlibatan
siswa di dalam pelajaran
b.
Tujuan Khusus:
1.
Meningkatkan cara berpikir siswa dengan
membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran
2.
Menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran.
3.
Membantu siswa memahami dan menerapkan
keterampilan komunikasi serta keterampilan berpikir.
Langkah-Langkah penyelenggaraan Model Diskusi
Tahap
|
Kegiatan Guru
|
1. Menyampaikan tujuan dan mengatur siswa
|
· Menyampaikan
pendahuluan,
a.Motivasi
b.Menyampaikan tujuan dasar diskusi
c. Apersepsi
· Menjelaskan
tujuan diskusi
|
2. Mengarahkan diskusi
|
· Mengajukan
pertanyaan awal/permasalahan
· Modeling
|
3. Menyelenggarakan diskusi
|
· Membimbing/mengarahkan
siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri
· Membimbing/mengarahkan
siswa dalam berbagi
· Menerapkan
waktu tunggu
· Membimbing
kegiatan siswa
|
4. Mengakhiri diskusi
|
Menutup diskusi
|
5. Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi
|
Membantu siswa membuuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab
singkat
|
3.
Model Pembelajaran Pusat Perhatian
Pembelajaran melalui pusat perhatian dirintis oleh Ovide Decroly
(1871-1932) dari Belgia dengan pembelajaran melalui pusat-pusat minat (Centres
d’interet). Pendidikan menurut Decroly berdasar pada semboyan “Ecole
pour la vie, par la vie” (sekolah untuk hidup dan oleh hidup).
Dalam model pembelajaran ini, anak harus dididik untuk dapat hidup dalam
masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota
masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri
sendiri, kemudian pengetahuan tentang dunianya seperti lingkungannya dan tempat
hidup di hari depannya.
Model pembelajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai cara agar saat
kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan berbagai variasi cara
mengajar. Variasi ini dimaksudkan agar perhatian siswa selalu terpusat pada
materi pembelajaran. Pemusatan perhatian siswa tidak hanya dilakukan ketika pembukaan
pembelajaran, tetapi juga pada tiap pembahasan materi, sehingga tidak ada waktu
yang disia-siakan.
4.
Model Pembelajaran Individual
Pembelajaran secara
individual tampak pada perilaku atau kegiatan guru dalam mengajar yang
menitikberaktak pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar kepada
masing-masing siswa secara individual. Susunan suatu tujuan belajar yang di
desain untuk belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual
dan kebutuhan tiap siswa. Bentuk-bentuk belajar mandiri antara lain adalah:
(1) self instruction semacam modul; (2) independent
study; (3) individualized prescribed instruction; dan (4) self
pacet learning.
Perilaku pembelajaran
individual ini guru akan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
masing-masing individu siswa untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki siswanya. Kemudian ada kesempatan bagi masing-masing individu siswa
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa, artinya setiap individu
siswa memiliki paket belajar secara individual yang sesuai dengan tujuan
belajarnya secara individual juga.
Posisi guru dalam model
pembelajaran individual adalah membantu siswa membelajarkan siswa, membantu
merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung
yang dimiliki siswa. Peran guru selanjutnya adalah sebagai penasehat atau
pembimbing belajar, membantu siswa untuk mengadakan penilaian belajar dan kemajuan
yang telah dicapainya.
5.
Model Pembelajaran Klasikal
Pembelajaran klasikal
mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klasikal ini merupakan
kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien[36]. Pembelajaran secara klasikal ini
memberi arti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu
mengelola kelas dan mengelola kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru
dituntut kemampuannya menggunakan teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran agar
ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai
dengan kurikulum yang seragam, yang dinilai melalui ujian yang seragam pula.
Kegiatan belajar
klasikal sifatnya cenderung menerima dan menghafal saja dan penyampaian materi
pun dilakukan secara ceramah. Dalam mengikuti kegiatan belajar, siswa dituntut
untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran dengan cara kelas harus
sunyi dan siswa harus duduk manis di tempat masing-masing. Oleh karena
itu, belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif,
hanya sebagai sebagai penerima bahan ajaran. Upaya mengaktifkan siswa dapat
menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan lain-lain yang sesuai
bagi para muridnya.
6.
Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Problem Based Instruction biasa diterjemahkan menjadi pembelajaran
berdasarkan masalah atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran beradasar
masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan
untuk merangsang berfikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah.
Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan apa yang menjadi perilaku siswa tetapi
lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan tersebut.
Tahapan Pembelajaran Problem Based
Instruction
Tahap
|
Tingkah Laku
Guru
|
Tahap I
Orientasi siswa
pada masalah
|
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan
rubric asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya siswa
|
Tahap 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Tahap 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masa
|
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
|
Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah,
memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI
diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban
sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.
7.
Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
Saat ini, pembicaraan
mengenai perubahan paradigma pendidikan menjadi suatu hal yang terus dibahas,
baik yang menyangkut konten maupun pedagogik. Perubahan tersebut meliputi
kurikulum, pembelajaran, dan penilaian yang komprehensif. Kemampuan reasoning and problem
solvingmerupakan keterampilan yang saat ini harus dimiliki siswa, karena
ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di
dunia nyata mereka akan membutuhkan kemampuan tersebut.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di
atas level memanggil (retensi), yang meliputi: pemikiran dasar, berpikir
kritis, dan berpikir kreatif. Pemikiran dasar adalah kemampuan
siswa untuk memahami konsep. Aktivitas problem solving diawali
dengan mendatangkan masalah dalam pembelajaran dan akan berakhir jika sebuah
solusi untuk penyelesaian masalah telah diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah
dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning. Oleh karena itu,
model reasoning and problem solving tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, karena model ini saling melengkapi.
Model reasoning
and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah
pembelajaran, yaitu:
1.
Membaca dan berpikir (mengidentifikasi
fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
2.
Mengeksplorasi dan merencanakan
(pengorganisasian informasi).
3.
Menseleksi strategi (menetapkan pola,
menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis,
menulis persamaan)
4.
Menemukan jawaban (mengestimasi,
menggunakan keterampilan komputasi).
5.
Refleksi dan perluasan (mengoreksi
jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan
generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif
yang orisinil).
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya peran
guru sebagai transmiter pengetahuan, demokratis, guru dan siswa memiliki status
yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan.
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor,
konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi.
Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas
pemecahan masalah.
Efek pembelajaran dalam model ini adalah
pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara
bermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan,
keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap
ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin
8.
Model Pembelajaran Inkuiri
Model inkuiri adalah salah satu
model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam
berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Pengembangan strategi pembelajaran
dengan model inkuiri dipandang sanagt sesuai dengan karakteristik materil
pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab
individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan
warganegara.
Langkah-langkah Inkuiri, yaitu:
1.
Langkah pertama, siswa mengidentifikasi masalah,
dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan
sehari-hari.
2.
Langkah kedua menyusun sebuah hipotesis yang
dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan
konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
3.
Langkah ketiga mengklarifikasi hipotesis yang telah
diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
4.
Langkah keempat pada tahap ini hipotesis dipeluas
kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari
hipotesis tersebut.
5.
Langkah kelima fakta dan bukti dikumpulkan untuk
mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut.
6.
Langkah keenam kegiatan inkuiri sudah sampai pada
tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980).
9.
Model Pembelajaran Role Playing
Role
Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu
menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran
Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Makna penggunaan role
playingdikemukakan George Shaftel (Djahiri, 1978: 109) antara lain:
untuk menghayati sesuatu/hal/kejadian sebenarnya dalam
realitas kehidupan; 2) agar memahami apa yang menjadi sebab
dari sesuatu serta bagaimana akibatnya; 3) untuk mempertajam
indera dan perasaan siswa terhadap sesuatu; 4) sebagai
penyaluran/pelepasan tensi (kelebihan energi psykhis) dan
perasaan-perasaan; 5) sebagai alat diagnosa keadaan; 6) ke
arah pembentukan konsep secara mandiri; 7) menggali
peran-peran dari pada dalam suatu kehidupan/kejadian/keadaan; 8) menggali
dan meneliti nilai-nilai (norma) dan peranan budaya dalam kehidupan; 9) membantu
siswa dalam mengklarifikasikan (memperinci) pola berpikir, berbuat dan
keterampilannya dalam membuat/ mengambil keputusan menurut caranya
sendiri; 10) membina siswa dalam kemampuan memecahakan
masalah.
Langkah-langkah Role Playing, yaitu:
No.
|
Urutan Langkah
|
Kegiatan dan Pelakunya
|
1.
|
Penjelasan
umum
|
1.1. Mencari
atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).
1.2. Memperjelas
masalah/ topik tersebut (guru).
1.3. Mencari
bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan
sumbernya (guru & siswa).
1.4. Menjelaskan
tujuan, makna dari role playing.
|
2.
|
Memilih
para pelaku
|
2.1. Menganalisis
peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa).
2.2. Memilih
para pelakunya (dibantu guru).
|
3.
|
Menentukan
Observer
|
3.1. Menentukan
observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).
|
4.
|
Menentukan
jalan cerita
|
4.1. gariskan
jalan ceritanya.
4.2. tegaskan
peran-peran yang ada didalamnya.
4.3. berikut
gambaran situasi keadaan cerita tersebut (guru + siswa).
|
5.
|
Pelaksanaan
(bermain)
|
5.1. Mulai
melakonkan permainan tersebut
5.2. Menjaga
agar setiap peran berjalan.
5.3. Jagalah
agar babakan-babakan terlihat jelas.
|
No.
|
Urutan Langkah
|
Kegiatan dan Pelakunya
|
6.
|
Diskusi
dan permainan
|
6.1. Telaah
setiap peran, posisi, dan permainan.
6.2. diskusikan
hal tersebut berikut saran perbaikannya.
6.3. Siapkan
permainan ulangan.
|
7.
|
Permainan
ulang dan diskusi serta penelaahan
|
7.1. Seperti
sub 5 dan sub 6
|
8.
|
Mempertukarkan
pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan
|
8.1.
Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
8.2. Observer
mengemukakan penilaian pendapatnya.
8.3. Siswa
dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang
sedang dipelajarinya.
|
10.
Model
Pembelajaran Bermain Peta
Keterampilan menggunakan dan
menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran Pengetahuan Sosial. Keterampilan menginterpretasi peta maupun
globe perlu dilakukan peserta didik secara fungsional. Peta dan globe
memberikan manfaat, yaitu: a) siswa dapat memperoleh gambaran
mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b) memperoleh
pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilah geografi seperti: pulau,
selat, semnanjung, samudera, benua dan sebagainya; c) memahami
peta dan globe, diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, siswa mengerti
tentang cara menentukan tempat di bumi seperti arah mata angin, meridian,
paralel, belahan timur dan barat; (b) skala, merupakan model atau gambar yang
lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya; (c) lambang-lambang, merupakan
simbo-simbol yang mudah dibaca tanpa ada keterangan lain; (d) warna,
menggunakan berbagai warna untuk menyatakan hal-hal tertentu misalnya: laut,
beda tinggi daratan, daerah, negara tertentu dsb.
Lucky Club | Live! Casino Site
BalasHapusLucky Club is a popular UK licensed online luckyclub.live casino and poker club offering high standards of fairness and good betting experience. Its games range from Rating: 5 · 2 votes