Jumat, 30 Desember 2016

Klasifikasi Tunadaksa

Agar lebih mudah memberikan layanan terhadap anak tunadaksa, perlu adanya sistem penggolongan (klasifikasi). Penggolongan anak tunadaksa bermacam-macam, yaitu:
1.    Kelainan pada sistem cerebral (cerebral systemi)
Penyandang kelainan pada sistem cerebral, kelainannya terletak pada sistem saraf pusat, seperti cerebral palsy atau kelumpuhan otak.
·           Menurut derajat kecacatannya, serebral palsy diklasifikasikan menjadi (1) ringan, dengan ciri dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat menolong diri; (2) sedang, dengan ciri membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan, mengurus diri, dan alat-alat khusus, seperti brace; dan (3) berat, dengan ciri membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, berbicara dan menolong diri.
·           Menurut letak kelainan di otak dan fungsi geraknya cerebral palsy dibedakan atas: (1) Spastik, denagn ciri terdapat kekuatan pada sebagian atau seluruh ototnya. Anak yang mengalami spastic ini menunjukkan kekejangan pada otot-ototnya, yang disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diam misalnya waktu tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang; (2) Dyskenisia yang melipiputi athetosis (penderita memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol); (3) Rigid (kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan), anak cerebral palsy jenis ini mengalami kekakuan otot-otot; (4) Tremor (getaran kecil yang terus-menerus pada mata, tangan atau pada kepala); (5) Athetoid, tidak mengalami kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah, sering terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkendali. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir, dan mata (6) Ataxia (adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi); (7) jenis Campuran (seorang anak mempunyai kelainan 2 / lebih dari tipe-tipe diatas).
2.    Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system)
·      Poliomyelitis, Merupakan suatu infeksi pada susmsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan sifatnya menetap. Kelumpuhan pada folio sifatnya layu dan biasanya tidak menyebabkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra. Akibatnya otot menjadi kecil (atropi) karena kerusakan sel saraf, adanya kekakuan sendi (kontraktur), pemendekan anggota gerak, tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, seperti huruf S (scoliosis), kelainan telapak kaki yang membengkok ke luar atau ke dalam, dislokasi (sendi yang keluar dari dudukannya), lutut melinting kebelakang (genu recorvatum).
·      Muscle Dystropy, Jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris. Penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan.
·      Spina Bifida, Merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya 1 atau 3 ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan. Akibatnya, fungsi jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, hydrocephalus, yaitu pembesarab pada kepala karena produksi cairan yang berlebihan. Biasanya kasus ini disertai dengan ketunadaksaan.

SUMBER:

Asep Karyana, Sri Widati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar