Agar
lebih mudah memberikan layanan terhadap anak tunadaksa, perlu adanya sistem
penggolongan (klasifikasi). Penggolongan anak tunadaksa bermacam-macam, yaitu:
1. Kelainan
pada sistem cerebral (cerebral systemi)
Penyandang kelainan pada
sistem cerebral, kelainannya terletak pada sistem saraf pusat, seperti cerebral
palsy atau kelumpuhan otak.
·
Menurut derajat
kecacatannya, serebral palsy diklasifikasikan menjadi (1) ringan, dengan ciri
dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat menolong diri; (2)
sedang, dengan ciri membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan,
mengurus diri, dan alat-alat khusus, seperti brace; dan (3) berat, dengan ciri
membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, berbicara dan menolong diri.
·
Menurut letak kelainan
di otak dan fungsi geraknya cerebral palsy dibedakan atas: (1) Spastik, denagn
ciri terdapat kekuatan pada sebagian atau seluruh ototnya. Anak yang mengalami
spastic ini menunjukkan kekejangan pada otot-ototnya, yang disebabkan oleh gerakan-gerakan
kaku dan akan hilang dalam keadaan diam misalnya waktu tidur. Pada umumnya
kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan marah atau dalam
keadaan tenang; (2) Dyskenisia yang melipiputi athetosis (penderita
memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol); (3) Rigid (kekakuan pada seluruh
tubuh sehingga sulit dibengkokkan), anak cerebral palsy jenis ini mengalami
kekakuan otot-otot; (4) Tremor (getaran kecil yang terus-menerus pada mata,
tangan atau pada kepala); (5) Athetoid, tidak mengalami kekejangan atau
kekakuan. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah, sering terjadi gerakan-gerakan
yang tidak terkendali. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir,
dan mata (6) Ataxia (adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi
mata dan tangan tidak berfungsi); (7) jenis Campuran (seorang anak mempunyai
kelainan 2 / lebih dari tipe-tipe diatas).
2. Kelainan
pada sistem otot dan rangka (musculus
skeletal system)
·
Poliomyelitis, Merupakan suatu infeksi
pada susmsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang
mengakibatkan kelumpuhan dan sifatnya menetap. Kelumpuhan pada folio sifatnya
layu dan biasanya tidak menyebabkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra.
Akibatnya otot menjadi kecil
(atropi) karena kerusakan sel saraf, adanya kekakuan sendi (kontraktur),
pemendekan anggota gerak, tulang belakang melengkung ke salah satu sisi,
seperti huruf S (scoliosis), kelainan telapak kaki yang membengkok ke luar atau
ke dalam, dislokasi (sendi yang keluar dari dudukannya), lutut melinting
kebelakang (genu recorvatum).
·
Muscle
Dystropy, Jenis penyakit yang
mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya
progresif dan simetris. Penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan.
·
Spina
Bifida, Merupakan jenis kelainan pada tulang
belakang yang ditandai dengan terbukanya 1 atau 3 ruas tulang belakang dan
tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan. Akibatnya, fungsi
jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, hydrocephalus,
yaitu pembesarab pada kepala karena produksi cairan yang berlebihan. Biasanya
kasus ini disertai dengan ketunadaksaan.
SUMBER:
Asep Karyana, Sri Widati. 2013. Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar