Minggu, 25 Desember 2016

Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup

Konsep pendidikan seumur hidup, sebernanya sudah sejak lama dipikirkan para akar pendidikan dari zaman ke zaman. Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Sementara itu pada pasal 26, dinyatakan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing. Dasar pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas kenyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama masih hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah.
Pendidikan seumur hidup bermula dari laporan tahun 1972 Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan, dipublikasikan oleh UNESCO dan sekarang dikenal dengan istilah “LAPORAN FAURE” yang memuat rekomendasi pertama untuk perencanaan-perencanaan pendidikan. Mengapa dikatakan pendidikan seumur hidup, hal ini didasarkan pada:
1.      Keadilan
Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan. Dengan masyarakat yang berpengetahuan, secara otomatis masyarakat akan menghasilkan kerja yang baik. Disamping itu dengan pendidikan seumur hidup maka masyarakat akan mampu memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki.
2.      Faktor-faktor sosial
Pendidikan seumur hidup dapat melengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih tugas yang dulunya pendidikan ditangani oleh keluarga. Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan sosial yang bermacam-macam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap perubahan hubungan antara mereka/ orang lain.
3.      Perubahan teknologi
Perubahan teknologi menyebabkan meningkatnya persediaan informasi, merubah sifat-sifat pekerja, meningkatkan urbanisasi, dan waktu luang. Ketidakpastian peranan sosial dan hubungan interpersonal di masa depan. Akibatnya basis keorganisasian baru pendidikan menjadi penting dan diperlukan dimana-mana.
4.      Factor Vocational/pekerjaan
Pendidikan vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, terampil untuk menghadapi tantangan masa depan.
5.      Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
Orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang keterampilan yang mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa. Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa. Hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
6.      Kebutuhan anak-anak awal
Sebenarnya anak kecil memiliki karakter tersendiri dan bukan semata-mata hanya masa penantian untuk menuju/ masuk periode anak-anak, remaja, dan dewasa. Masa anak-anak awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya meskipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan di Indonesia bahwa pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan berlangsung sepanjang masa/seumur hidup.
7.      Implikasi dari pendidikan seumur hidup
a)      Pendidikan baca tulis fungsional
Program ini penting bagi pendidikan seumur hidup, tetapi pada kenyataannya di Negara-negara yang berkembang banyak penduduk yang buta huruf. Mereka lebih suka menonton TV, mendengarkan radio, mengakses internet daripada membaca dan menulis. Realisasi baca tulis fungsional harus memuat dua hal, yaitu :
1.      Memberikan kecakapan membaca-menulis-menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
2.      Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya itu.
b)      Pendidikan vokasional
Pendidikan vocasional diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, terampil untuk menghadapi tantangan masa depan.
c)      Pendidikan Profesional
Tiap-tiap profesi hendaknya telah tercipta built-in mechanism yang memungkinkan golongan profesional itu selalu mengikuti perubahan dan kemajuan dalam metode, perlengkapan, teknologi, dan sikap profesionalnya. Ini merupakan realisasi dari pendidikan seumur hidup.
d)     Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Diketahui bahwa di era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara continue (lifelong education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampumengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.
e)      Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Disamping tuntutan penguasaan ilmu IPTEK, dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
f)       Pendidikan kultural dan pengisian waktu luang
Spesialisasi yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang telah dimulai pada usia muda dalam program pendidikan formal di sekolah, membuat manusia menjadi berpandangan sempit pada bidangnya sendiri, buta kekayaan nilai-nilai kultural yang terkandung dalam warisan budaya masyarakat sendiri. Seorang yang disebut “educated man” harus memahami dan menghargai sejarah, kesusastraan, agama, filsafat hidup, seni, dan musik bangsa sendiri.
Sementara itu Implikasi konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga diklasifikasikan dalam enam kategori, meliputi :
1.      Para buruh dan petani
2.      Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya
3.      Para pekerja yang berketrampilan
4.      Golongan teknisi dan profesional
5.      Para pemimpin dalam masyarakat
6.      Golongan masyarakat yang sudah tua.

SUMBER:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar