Konsep
pendidikan seumur hidup, sebernanya sudah sejak lama dipikirkan para akar
pendidikan dari zaman ke zaman. Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan
suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula
sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini
mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang
berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan
masyarakat.
Sementara itu pada
pasal 26, dinyatakan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan
dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuan masing-masing. Dasar pendidikan seumur hidup
bertitik tolak atas kenyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama
masih hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah.
Pendidikan seumur hidup
bermula dari laporan tahun 1972 Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan,
dipublikasikan oleh UNESCO dan sekarang dikenal dengan istilah “LAPORAN FAURE”
yang memuat rekomendasi pertama untuk perencanaan-perencanaan pendidikan.
Mengapa dikatakan pendidikan seumur hidup, hal ini didasarkan pada:
1. Keadilan
Keadilan dalam memperoleh
pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks keadilan
pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi pesanan
sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan. Dengan masyarakat yang
berpengetahuan, secara otomatis masyarakat akan menghasilkan kerja yang baik.
Disamping itu dengan pendidikan seumur hidup maka masyarakat akan mampu
memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki.
2. Faktor-faktor
sosial
Pendidikan seumur hidup dapat
melengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih
tugas yang dulunya pendidikan ditangani oleh keluarga. Pendidikan seumur hidup
harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan sosial yang
bermacam-macam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap
perubahan hubungan antara mereka/ orang lain.
3. Perubahan
teknologi
Perubahan teknologi menyebabkan
meningkatnya persediaan informasi, merubah sifat-sifat pekerja, meningkatkan
urbanisasi, dan waktu luang. Ketidakpastian peranan sosial dan hubungan
interpersonal di masa depan. Akibatnya basis keorganisasian baru pendidikan
menjadi penting dan diperlukan dimana-mana.
4. Factor
Vocational/pekerjaan
Pendidikan vocational diberikan
untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, terampil untuk menghadapi
tantangan masa depan.
5. Kebutuhan-kebutuhan
orang dewasa
Orang dewasa mengalami efek
cepatnya perubahan dalam bidang keterampilan yang mereka miliki, maka
diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa. Secara radikal
perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah
apa. Hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
6. Kebutuhan
anak-anak awal
Sebenarnya anak kecil memiliki
karakter tersendiri dan bukan semata-mata hanya masa penantian untuk menuju/
masuk periode anak-anak, remaja, dan dewasa. Masa anak-anak awal merupakan
basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya meskipun dalam tingkat tertentu
pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan
yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan konsep
pendidikan di Indonesia bahwa pendidikan berlangsung di dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat, dan berlangsung sepanjang masa/seumur hidup.
7. Implikasi
dari pendidikan seumur hidup
a)
Pendidikan
baca tulis fungsional
Program ini penting
bagi pendidikan seumur hidup, tetapi pada kenyataannya di Negara-negara yang
berkembang banyak penduduk yang buta huruf. Mereka lebih suka menonton TV,
mendengarkan radio, mengakses internet daripada membaca dan menulis. Realisasi
baca tulis fungsional harus memuat dua hal, yaitu :
1.
Memberikan
kecakapan membaca-menulis-menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
2.
Menyediakan
bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan
yang telah dimilikinya itu.
b)
Pendidikan
vokasional
Pendidikan
vocasional diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, terampil
untuk menghadapi tantangan masa depan.
c)
Pendidikan
Profesional
Tiap-tiap
profesi hendaknya telah tercipta built-in
mechanism yang memungkinkan golongan profesional itu selalu mengikuti
perubahan dan kemajuan dalam metode, perlengkapan, teknologi, dan sikap
profesionalnya. Ini merupakan realisasi dari pendidikan seumur hidup.
d)
Pendidikan
ke arah perubahan dan pembangunan
Diketahui bahwa
di era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan
IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara
masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa
luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang
berlangsung secara continue (lifelong education). Pendidikan bagi anggota
masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampumengikuti perubahan
sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan
seumur hidup.
e)
Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Disamping
tuntutan penguasaan ilmu IPTEK, dalam kondisi sekarang dimana pola pikir
masyarakat yang semakin maju dan kritis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan
dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang
bersifat kontinu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
f)
Pendidikan
kultural dan pengisian waktu luang
Spesialisasi
yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang telah dimulai pada usia
muda dalam program pendidikan formal di sekolah, membuat manusia menjadi
berpandangan sempit pada bidangnya sendiri, buta kekayaan nilai-nilai kultural
yang terkandung dalam warisan budaya masyarakat sendiri. Seorang yang disebut
“educated man” harus memahami dan menghargai sejarah, kesusastraan, agama,
filsafat hidup, seni, dan musik bangsa sendiri.
Sementara
itu Implikasi konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga
diklasifikasikan dalam enam kategori, meliputi :
1. Para buruh dan petani
2. Golongan remaja yang terganggu pendidikan
sekolahnya
3. Para pekerja yang berketrampilan
4. Golongan teknisi dan profesional
5. Para pemimpin dalam masyarakat
6. Golongan masyarakat yang sudah tua.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar